Berbagai Kenaikan Tarif dan Ancaman AS -Tiongkok Selama Perang Dagang

Sorta Tobing
2 September 2019, 17:25
perang dagang AS-Tiongkok, tarif yang dikenakan AS-Tiongkok
Lightwise/123RF.com
Eskalasi perang dagang naik lagi. Pemerintah Amerika Serikat (AS) menerapkan tarif tambahan sebesar 15% terhadap produk impor Tiongkok. Cina melakukan serangan balasan.

Lalu, sebulan kemudian produk Beijing senilai US$ 16 miliar juga kena tarif 25%. Beijing membalas hal yang sama untuk produk dari AS.

Pada September 2018, AS menaikkan tarif produk Tiongkok senilai US$ 200 miliar dari 10%menjadi 25%. Mereka juga mengancam menaikkan lagi produk lainnya jika Cina melakuan balas dendam. Tiongkok membalas dengan menaikkan bea masuk produk AS senilai US$ 60 miliar.

Trump lalu memasang lagi kenaikan tarif dari 10% menjadi 25% untuk US$ 200 miliar produk Cina pada Mei 2019. Beijing membalas dengan menaikkan bea masuk produk AS senilai US$ 60 miliar per 1 Juni lalu.

Di akhir bulan Juni 2019, kedua belah pihak sempat bertemu di acara pertemuan puncak G20, Osaka, Jepang. Trump mengatakan Presiden Tiongkok Xi Jinping telah sepakat berdamai.

Sebagai bagian kesepakatan itu, perusahaan teknologi Huawei akan keluar dari daftar hitam Washington. Tapi sampai sekarang hal ini tak terealisasi.

(Baca: Dampak Perang Dagang, Google Pindahkan Pabrik Ponsel dari Tiongkok )

Trump kala itu juga dengan percaya diri juga mengatakan Cina bakal membeli banyak produk makanan dan pertanian dari negaranya. Namun, sebulan kemudian, ia mencak-mencak pada akun Twitternya karena Beijing tak kunjung merealisasikan hal itu.

Tak lama, Tiongkok mengumumkan menurunkan kepemilikan surat berharga pemerintah AS sebesar US$ 25% dari nilai US$ 1,100 triliun. Sejak krisis keuangan 2008, Cina menjadi salah satu pemegang US Treasury yang terbesar, selain Jepang.

Awal Agustus, Trump mengumumkan akan menerapkan tambahan tarif baru sebesar 10% untuk US$ 300 miliar produk Cina secara bertahap. Sebagai balasan, bank sentral Tiongkok menurunkan nilai mata uang yuan ke level terendah sejak 2008.

(Baca: Jelang Kenaikan Tarif, AS-Tiongkok Beri Sinyal Bakal Berunding)

Trump menuduh Beijing sebagai manipulator mata uang. Padahal, Badan Moneter Internasional (IMF) menyebut yuan telah berada pada nilai yang tepat, sementara dolar AS-lah yang terlalu tinggi nilainya.

Bulan ini, tepat tanggal 1 pukul 00:00 kedua belah pihak menerapkan tarif baru untuk produk impor dari negara lawannya. Jalan damai belum ditemukan. Gara-gara perang dagang, IMF menyebut perekonomian global melambat tahun ini ke level 3,2%.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...