Terbesar Era Jokowi, Neraca Dagang Semester I Defisit US$ 1,9 Miliar
Suhariyanto mengatakan, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan sepanjang semester I turun 4,59% dibanding periode yang sama pada 2018, demikian juga ekspor hasil pertanian turun 1,03%, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 15,44%.
Berdasarkan daerah asal, ekspor Indonesia terbesar pada semester I berasal dari Jawa Barat US$ 14,50 miliar (18,05%), diikuti Jawa Timur US$ 9,24 miliar (11,50%) dan Kalimantan Timur US$ 8,35 miliar (10,40%).
Sementara nilai impor secara kumulatif selama semester I mencapai US$ 82,25 miliar, turun 7,63% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Secara rinci, impor migas menyumbang sebesar US$ 10,89 miliar dan impor non migas sebesar US$ 71,36 miliar terhadap total impor.
Berdasarkan asal negaranya, pemasok barang impor nonmigas terbesar selama semester I masih ditempati Tiongkok dengan nilai US$ 20,63 miliar (28,91%), Jepang US$ 7,66 miliar (10,73%), dan Thailand US$ 4,62 miliar (6,48%). Adapun impor dari keseluruhan Asean, impor nonmigas menyumbang 19,44%, sementara dari Uni Eropa 8,20%.
(Baca: Impor Migas Tinggi, Jokowi Tegur Jonan dan Rini di Sidang Kabinet)
Sementara berdasarkan golongan penggunaan barang, baik impor barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal seluruhnya mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 9,31%, 7,73%, dan 6,15%.