Terganjal Hambatan Dagang, Mayora Bangun Pabrik Rp 987 M di Filipina

Michael Reily
18 Februari 2019, 20:59
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Presiden Direktur Mayora Group Andre Atmaja (kedua kanan) melihat langsung pengemasan produk Mayora di sela ac
ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Presiden Direktur Mayora Group Andre Atmaja (kedua kanan) melihat langsung pengemasan produk Mayora di sela acara Pelepasan Kontainer Ekspor ke 250 ribu ke Filipina di Bitung, Tangerang, Banten, Senin (18/2/2019). Hingga saat ini Mayora Group sudah mampu mengekspor produk makanan dan minuman asli dalam negeri ke seratus negara yang mampu mebuktikan produk Indonesia berkelas dunia.

Sementara terkait hambatan dagang, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan pemerintah terus memperjuangkan menghapus hambatan dagang khusus dari Filipina untuk produk kopi olahan Mayora. Salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah yaitu dengan membuka akses pasar pisang cavendish asal Filipina.

Dia menegaskan, pembukaan akses pasar tidak akan mengganggu produk pisang dalam negeri karena risikonya sangat kecil. Namun, penutupan akses Filipina akan membuat ekspor produk Indonesia, khususnya Mayora, bisa terganggu. Selain karena alasan mendatangkan devisa, alasan lain yang membuatnya mendukung langkah Mayora adalah terkait penciptaan lapangan kerja untuk industri padat karya.

Menurut Enggar, pengenaan hambatan dagang merupakan praktik yang kerap terjadi dalam perdagangan global, apalagi jika negara mitra dagang mengalami defisit yang besar dengan Indonesia. “Biarkan mekanisme pasar berlaku, tetapi jangan tutup akses pasar,” ujarnya.

Kementerian Perdagangan juga akan melakukan forum bisnis untuk meningkatkan perdagangan secara bilateral antara Indonesia dan Filipina. Khusus hambatan dagang Mayora, Enggar juga telah mengirim surat kepada Menteri Perdagangan dan Industri Filipina Ramon Lopez.

(Baca: Jokowi Saksikan Pelepasan Ekspor Kontainer ke-250.000 Mayora )

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengungkapkan potensi produk makanan dan minuman olahan masih sangat besar. Dari total produksi makanan minuman olahan, konsumsi domestik masih menyumbang 95%, sedangkan ekspor hanya menyerap 5%terhadap produksi.

Namun untuk menggenjot kontribusi ekspor agar menjadi lebih besar, Adhi mengatakan  produk Indonesia masih kerap terganjal banyak hambatan dagang, baik  dalam bentuk tarif dan nontarif. Sehingga, pemerintah harus menjadi penengah dalam peningkatan ekspor produk makanan dan minuman olahan. “Misi dagang sangat penting, terutama bagi perusahaan yang memulai akses pasar baru,” kata Adhi.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...