Produktivitas Rendah, Indonesia Terancam jadi Importir Kopi

Michael Reily
8 Agustus 2018, 20:05
Kopi Gayo
Donang Wahyu | KATADATA
Kopi Gayo KATADATA | Donang Wahyu

(Baca : Pacu Produktivitas dan Daya Saing, Pemerintah Rilis Peta Jalan Kopi)

Pemerintah pun bekerja sama dengan pemangku kepentingan dan berkomitmen untuk meningkatkan peran komoditas kopi dalam perekonomian nasional maupun global.

Darmin berharap Gathering dan Rountable Discussion yang diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) busa meningkatkan pemahaman masyarakat terkait komoditas kopi Indonesia dan mendiskusikan kendala ada.

“Saya berharap semua pihak dapat memberikan peran serta positif dalam diskusi,” katanya.

Sebelumnya, Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) mengatakan tahun ini Indonesia berpotensi mengimpor kopi sebesar 60 ribu ton. Angka tersebut meningkat dari realisasi impor tahun lalu sebanyak 20 ribu ton.

Ketua Kompartemen dan Industri Specialty Kopi AEKI Moelyono Soesilo mengatakan kondisi cuaca yang buruk karena el nino pada 2015, telah  menyebabkan pasokan kopi kosong pada akhir 2017. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan kopi nasional pada 2015 dan 2016 masih bisa ditutupi pasokan tahun sebelumnya. Itu sebabnya impor tahun ini lebih tinggi dibanding tahun lalu.

“Ada kekurangan stok di akhir tahun, sedangkan kebutuhan bulanannya mencapai 25 ribu ton,” kata Moelyono di Jakarta.

Dia menuturkan, sebagian besar impor kopi saat ini berasal dari Vienam dengan jenis robusta. Meskipun impor, Moelyono optimistis produksi kopi nasional akan kembali meningkat karena sudah mulai mendekati musim panen serta cuaca yang lebih mendukung untuk musim tanam kopi tahun ini.

(Baca Juga : Konsumsi Kopi Naik Tajam, Produksinya Stagnan)

Untuk meningkatkan jumlah produksi, perkebunan kopi masih membutuhkan replanting atau penanaman baru. Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang  mengatakan replanting kopi bisa dilakukan terhadap sekitar 30% dari total luas lahan kopi  yang mencapai 1,2 juta hektare. Produksi dan produktivitas kopi diharapkan makin optimal bila didukung dengan penggunaan bibit yang lebih berkualitas.

Guna mendukung peningkatan produktivitas, Kementerian Pertanian tahun ini berencana melakukan replanting terhadap 16.400 hektare lahan. Dana yang digunakan berasal dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN). "Tujuannya agar produktivitas meningkat hingga 2 ton per hektare," ujar Bambang.

Dari total produksi, lebih dari 70% produksi masih dalam bentuk kopi robusta, sisanya merupakan kopi arabika. Namun, ke depan pemerintah berencana lebih menggenjot produksi kopi arabika. “Kami akan ganti kopi robusta di dataran ringgi dengan kopi arabika yang lebih cocok iklimnya,” kata Bambang.

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...