Produksi Beras Masih Minim, Potensi Impor Bertambah Hingga Akhir Tahun
“Namun impor beras tidak mempengaruhi harga,” ujarnya.
Hingga 24 April 2018, penyerapan yang dilakukan Bulog hanya mencapai 510.232 ton. Pengadaan beras dari luar negeri juga sudah mencapai 372.325 ton dari penugasan keseluruhan.
Sementara itu pedagang Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) mengaku kesulitan mengikuti ketentuan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras yang ditetapkan pemerintah. Padahal, pemerintah sudah mewajibkan pedagang menerapkan HET mulai 1 April 2018.
Perbedaan harga jual yang dipatok di daerah pemasok serta sejumlah komponen biaya operasional yang ditanggung pedagang membuat mereka mesti menyesuaikan harga jual.
Pedagang UD Inti Murni, Momon, mengungkapkan saat ini pedagang masih menjual beras dengan mekanisme pasar. “Kami tidak bisa mengikuti HET karena harga beras cukup variatif,” katanya, pekan lalu.
Contohnya, harga beras dari Karawang seharga Rp 8.400 per kilogram (kg) bakal dijual lebih tinggi dengan mempertimbangkan ongkos pekerja dan sewa lapak di pasar. Terlebih lagi, pedagang juga memiliki pelanggan yang sudah punya referensi beras yang disukai.
Hal lain yang menurutnya sulit menerapkan HET karena pedagang tidak bisa menyamaratakan harga beras hasil pembelian dari daerah yang berbeda. Panen raya pun menurutnya hanya memberikan pedagang pilihan sumber pasokan. “Harga sekarang aman karena banyak pilihan,” ujar Momon.
Dia juga megatakan HET justru akan merugikan petani karena hasil produksinya bermacam-macam. HET akan menjadikan harga pembelian dari petani setara, meski kualitas beras berbeda. Sehingga, harga beras kualitas buruk akan sama dengan yang kualitas bagus.