Impor Beras Dinilai Sebagai Kegagalan Kementerian Pertanian
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa juga menilai pememrintah terlambat memutuskan impor. Menurutnya, kebutuhan impor sudah bisa diprediksi pada pertengahan tahun lalu karena panen pada musim gadu terganggu serangan hama wereng.
(Baca juga: Stok Bulog Menipis, Harga Beras Diprediksi Bakal Naik Hingga Maret)
Selain itu, masa tanam padi di beberapa daerah juga terlambat akibat banjir bawaan siklon tropis pada akhir 2017. “Harusnya kebijakan diputuskan lebih cepat,” kata Dwi kepada Katadata, Jumat (12/1).
Menurut Dwi, standar pengiriman dari Thailand atau Vietnam bisa memakan waktu hingga 3 minggu. Belum lagi negosiasi dan penekenan kontrak yang harus diselesaikan dalam seminggu. Sementara, waktu distribusi di dalam negeri yang menghabiskan paling sedikit 2 minggu.
Dwi memperkirakan, beras impor baru akan sampai kepada konsumen pada akhir Februari atau awal Maret. “Celakanya, sudah panen raya,” ujarnya. Hal itu, menurutnya bisa menjatuhkan harga gabah hasil panen petani.
(Baca juga: Pertanian, Pengolahan, dan Pertambangan Lesu di Kuartal IV 2017)
Dwi menjelaskan, Juli 2017 lalu, tren kenaikan harga relatif signifikan. Upaya penekanan harga oleh pemerintah melalui Harga Eceran Tertinggi (HET) justru mengganggu perencanaan stok pedagang.
Sementara, Menteri Pertanian Amran Sulaiman masih berkeras bahwa masa panen padi akan dimulai bulan depan. Menurutnya, banjir yang terjadi akibat siklon tropis pada akhir 2017 lalu hanya merusak sekitar 40 ribu hektare dari total 400 ribu hektare ladang padi di Jawa. “Standing crop kita 5-6 juta ton, jadi masih aman,” ujarnya, Kamis (11/1) lalu.