Batik Tembus Pasar Amerika dan Eropa, Ekspor Capai US$ 51 Juta
Dalam upaya mendongkrak produktivitas dan daya saing IKM batik, Kemenperin telah melakukan berbagai program strategis, antara lain peningkatan kompetensi sumber daya manusia, pengembangan kualitas produk, standardisasi, fasilitasi mesin dan peralatan, serta kegiatan promosi dan pameran batik di dalam dan luar negeri.
Guna meningkatkan akses pasar, Gati menambahkan, pihaknya memiliki program e-Smart IKM yang bekerja sama dengan beberapa marketplace.
“Melalui program e-Smart ini produk batik di dorong untuk memasuki pasar online, sehingga memiliki jangkauan pasar yang lebih luas karena dapat diakses oleh konsumen dari berbagai daerah,” jelasnya.
(Baca: Pemerintah Kembangkan Industri Tekstil di Luar Jawa)
Kemenperin juga mendorong agar para perajin batik memperoleh berbagai fasilitas pembiayaan seperti kredit usaha rakyat (KUR), Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonsia (LPEI) dan insentif lainnya untuk memperkuat struktur modalnya. “Dengan demikian, diharapkan industri batik nasional dapat tumbuh signifikan dan daya saingnya meningkat,” imbuhnya.
Gati berharap, pengembangan industri batik nasional dapat dijalankan secara kolaborasi antara pemerintah dengan akademisi, pelaku usaha, dan komunitas.
“Setiap stakeholder tersebut memiliki peran yang berbeda, sehingga dengan sinergi ini pengembangan industri batik nasional akan terintergrasi dan sustainable dari hulu sampai hilir,” tegasnya.