Australia Dibayangi Resesi, Ekspor RI Terancam Makin Sulit
Sementara itu, Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi menilai, resesi ekonomi Australia belum tentu akan menyeret Indonesia ke dalam jurang yang sama.
"Ini tergantung kinerja Indonesia pada faktor domestik," katanya.
Sebagaimana diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagian besar ditopang oleh konsumsi rumah tangga sebesar 58,14% terhadao Produk Domestik Bruto (PDB) triwulan I 2020.
Oleh karena itu, Fithra menilai pertumbuhan ekonomi nasional masih dapat didorong dengan menggenjot konsumsi rumah tangga.
Tak hanya itu, resesi ekonomi Australia juga diprediksi hanya terjadi sementara akibat wabah virus corona. Terlebih lagi kini ada harapan kandidat vaksin virus corona dapat diproduksi pada 2021.
Berbeda dengan pengusaha, dia justru melnilai kerja sama IA-CEPA tetap berjalan secara optimal. Sebab, IA-CEPA merupakan kerja sama dalam jangka menengah panjang.
Sebagai informasi, total perdagangan barang Indonesia-Australia pada 2019 mencapai US$ 7,8 miliar. Ekspor Indonesia tercatat senilai US$ 2,3 miliar dan impor sebesar US$ 5,5 miliar, sehingga Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 3,2 miliar.
Dari sepuluh besar komoditas impor Indonesia dari Australia, mayoritas merupakan bahan baku dan penolong industri, seperti gandum, batubara, bijih besi, alumunium, seng, gula mentah, serta susu dan krim. Sementara itu, perdagangan jasa Indonesia-Australia pada 2018-2019 tercatat surplus US$ 1,8 miliar.