Resep Memacu Sektor Pangan: Food Estate, Closed Loop hingga Teknologi

Pingit Aria
18 November 2020, 17:37
Pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Kamis (1/10/2020). Pasar domestik Indonesia memiliki potensi besar dalam menyerap produksi pangan.
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww.
Pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Kamis (1/10/2020). Pasar domestik Indonesia memiliki potensi besar dalam menyerap produksi pangan.

Pemerintah juga akan berusaha mempercepat pembentukan food estate di sejumlah daerah, seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Papua. Food estate tersebut sebagai salah satu cara untuk menaikan produktivitas padi dan non-padi.

Pemerintah sudah menganggarkan dana sekitar Rp 104 triliun dalam APBN 2021 untuk pengembangan food estate dan ketahanan pangan. Berikut adalah Databoks produktivitas lahan, termasuk di lokasi food estate Kalimantan Tengah:

Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki mengatakan, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mendominasi sektor pertanian dan pangan, dengan proporsi hampir mencapai 52%. Para pelaku usaha di sektor pertanian tersebut menghadapi kendala seperti kepemilikan lahan sempit atau merupakan nelayan kecil dan buruh nelayan di sektor perikanan.

“Mereka juga menghadapi rantai pasok komoditas yang rumit dan panjang sehingga kerap menekan harga petani atau nelayan,” katanya.

Menurut Teten, untuk memberdayakan para petani dan mencapai ketahan pangan, Kementerian Koperasi berusaha mendorong penguatan kelembagaan petani, nelayan dan peternak dalam sebuah koperasi modern sehingga nantinya bisa mencapai skala ekonomis.

Koperasi modern tersebut nantinya akan mengadopsi konsep corporate farming (korporatisasi pangan). “Ada delapan komoditas yang sedang dijajaki penguatan kelembagaannya,” kata Teten.

Menurut Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, sejauh ini masih ada disparitas harga sejumlah pangan yang cukup besar di sejumlah daerah, khususnya daerah-daerah terpencil, yang disebabkan tidak seimbangnya pasokan dan produksi serta tingginya biaya logistik.

Pemerintah, kata dia, tidak tinggal diam untuk mengatasi disparitas harga pangan tersebut. Salah satu upaya untuk menekan disparitas harga pangan tersebut adalah dengan “Gerai Maritim” dengan memanfaatkan Tol Laut.

Gerai Maritim, kata Agus, merupakan kegiatan untuk mendistribusikan barang, khususnya barang Kebutuhan pokok dan barang penting ke daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal serta Perbatasan (3TP) dengan tujuan menurunkan atau mengurangi disparitas harga. “Pemerintah memberi subsidi untuk ongkos angkutnya,” ujar dia.

Agus mengatakan, untuk mendukung peningkatan daya saing produk pangan, Kementerian Perdagangan telah memiliki sejumlah program dalam jangka pendek dan menengah.  Kebijakan jangka pendek antara lain kemitraan antara para pelaku usaha, Bangga Buatan Indonesia (BBI), dan pelatihan kepada UMKM.

Adapun kebijakan jangka menengah di antaranya kebijakan stabilisasi harga, kebijakan pengendalian impor dalam mendukung subsitusi impor, memfasilitasi akses terhadap pembiayaan.  “Strategi lainnya pemanfaatan resi gudang dan juga pasar lelang komoditas,” kata dia.

Dukungan Teknologi

Founder dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya mengatakan, mayoritas petani di Indonesia berada di mata rantai paling bawah sehingga menerima pendapatan yang kurang optimal. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi geografis dan minimnya fasilitas infrastruktur di Tanah Air.

Kabar baiknya, kendala tersebut bisa teratasi dengan penggunaan teknologi. “Teknologi, khususnya digital, bisa menjadi solusi bagi para petani,” kata dia.

Jakarta Food Security Summit -5
Jakarta Food Security Summit -5 (Adi Maulana Ibrahim |Katadata)

Sementara, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, peran perbankan, sangat penting dalam menjaga ketahanan pangan. Terlebih lagi saat ini daya beli masyarakat, termasuk para petani menurun. Padahal roda perekonomian harus dikembalikan ke putaran awal.

Karena itu, perbankan, termasuk BRI  selalu menggandeng para petani pangan dan UMKM untuk memberikan edukasi dan pendampingan agar mereka bisa menjadi mitra lembaga keuangan yang setara.

“Kami sendiri (Bank BRI) memprioritaskan penyaluran kredit kepada (UMKM) di sektor pangan untuk mendongkrak kapasitas produksi pangan dalam negeri,” ujarnya.

Sunarso juga menambahkan, sektor pertanian Indonesia harus sudah berubah dari teknologi tradisional ke pertanian presisi dan selanjutnya harus berubah menjadi futuristic farming. “Strategi pertanian kita (Indonesia) harus visioner dan pangan harus dibicarakan untuk 40-50 tahun ke depan,” kata dia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...