Potensi Pasar Besar Ekspor CPO Tahun 2021, dari Tiongkok hingga Afrika

Rizky Alika
4 Desember 2020, 09:16
Pekerja mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Muara Sabak Barat, Tajungjabung Timur, Jambi, Jumat (10/7/2020).Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat permintaan produk sawit dunia mulai bergerak naik yang ditandai naiknya harga Crude Palm
ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/pras.
Pekerja mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Muara Sabak Barat, Tajungjabung Timur, Jambi, Jumat (10/7/2020).Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat permintaan produk sawit dunia mulai bergerak naik yang ditandai naiknya harga Crude Palm Oil (CPO) pada Juli 2020 menjadi 662 dolar AS per metrik ton dibandingkan bulan sebelumnya yakni 569 dolar AS.

Secara keseluruhan, Togar memproyeksikan ekspor CPO untuk tahun 2021 diperkirakan meningkat 11,5% dibandingkan tahun sebelumnnya. Namun, hal ini akan bergantung pada perekonomian dan ketersediaan vaksin Covid-19.

Peluang Ekspor ke Tiongkok

Presiden China Chamber of Commerce for Import & Export of Foodstuffs Native Produce and Animal By-Products Cao Derong mengatakan, Tiongkok merupakan konsumen minyak nabati terbesar di dunia, yaitu 18% dari total konsumsi minyak dunia.

"Konsumsi minyak Tiongkok menunjukkan tren yang meningkat dari tahun ke tahun," ujar dia.

Salah satu jenis minyak yang menjadi konsumsi utama masyarakat Tiongkok ialah minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati impor terbesar di Tiongkok pada 2019. Saat itu, Tiongkok mengimpor 8,48 ribu ton minyak sawit atau mencapai 66% dari total impor minyak nabati Tiongkok.

Selain itu, Tiongkok merupakan konsumen minyak kelapa sawit terbesar ketiga dan importir minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia. Hal tersebut dikarenakan pesatnya perkembangan industri katering dan makanan serta meningkatnya penyebaran minyak kedelai dan minyak kelapa sawit.

Namun sejak adanya pandemi Covid-19, impor minyak sawit Indonesia menurun signifikan lantaran pendapatan katering di Tiongkok juga menurun. Pada Maret 2020, impor minyak kelapa sawit turun menjadi 320 ribu ton.

Namun, Tiongkok membuat strategi besar dalam pengendalian Covid-19. Alhasil pada Juni 2020, impor minyak sawit Tiongkok mencapai 640 ribu ton, meningkat 25,5% secara tahunan.

Ke depan, Derong memperkirakan permintaan minyak nabati dan minyak kedelai Tiongkok akan meningkat. "Sebaran minyak kedelai dan minyak kelapa sawit akan terus mendorong impor minyak kelapa sawit," ujar dia.

Potensi Pasar Afrika

Founder/Chief Strategist 3XG UK Consulting Ltd. Aban Ofon mengatakan, importir minyak kelapa sawit dari Indonesia ialah Mesir, Tanzania, Afrika Selatan, Benin, Kenya dan Togo, Ghana, Nigeria, Mozambique, Sudan dan Pantai Gading. Adapun, importir terbesar minyak kelapa sawit dari Tanah Air ialah Mesir, yaitu mencapai US$ 575 juta pada 2019, Tanzania 195 US$ juta, dan Afrika Selatan US$ 164 juta.

Ia pun melihat, konsumsi minyak sayur per kapita Afrika terus menunjukkan peningkatan. "Walaupun kalau melihat perbandingan antara pertumbuhan konsumsi India, Afrika Sub-Sahara masih tertinggal jauh," ujar dia.

Ofon pun memperhitungkan, Indoesia memiliki potensi yang oportunistik untuk ekspor ke sejumlah negara, yaitu Alajzair, Sudan, Liberia, Kamerun dan Sierra Leone. Sedangkan, potensi ekspor yang konstruktif ada di Mesir, Kenya, Afrika Selatan, Tanzania, Ethiopia, Djibouti, Mozambique, Mauritania, Republik Demokratik Kongo dan Rwanda.

Sedangkan, untuk Ghana, Nigeria, dan Zimbabwe potensinya tidak naik dan tidak turun atau cenderung netral. Sementara untuk Togo dan Pantai Gading potensinya turun.

Untuk menggarap potensi pasar di Afrika tersebut, ia menilai perlunya membangun kemitraan dan pendekatan rantai pasok. "Hal ini bersamaan dengan berubahnya cara membangun hubungan dengan Afrika," ujar dia.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...