Adaro Lirik Ekspor ke Uni Eropa yang Setop Beli Batu Bara Rusia
Pelaku usaha batu bara dalam negeri mulai melirik potensi menurunnya pasokan batu bara di beberapa negara Eropa, pasca larangan impor dari Rusia. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) salah satunya.
Head of Corporate Communication Division Adaro, Febriati Nadira, mengatakan pihaknya saat ini mulai melihat potensi ekpor bara ke sejumlah negara eropa akibat larangan impor terhadap Rusia.
“Embargo batu bara Rusia memberikan peluang untuk ekspor batu bara ke negara Eropa,” ujar Nadira kepada Katadata.co.id saat dihubungi lewat aplikasi pesan singkat pada Jumat (8/4).
Nadira menambahkan, walau sudah melihat potensi adanya peluang ekspor batu bara ke sejumah negara Eropa, Adaro saat ini masih fokus pada penyelesaian kontrak yang sebagain besar berada di wilayah Asia Pasifik. “Pelanggan Adaro mayoritas berada di wilayah Asia Pacifik dengan volume yang sudah terkontrak,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sindadia, mengatakan sejak bulan Februari lalu, sejumlah negara Eropa telah menjajaki potensi suplai batu bara di Indonesia.
“Sejak akhir Februari sudah ada potential buyers’ yang sedang menjajaki supply dari Indonesia,” kata Hendra kepada Katadata.co.id.
Namun, saat ditanya soal jumlah pelaku usaha batu bara yang sudah menjalin kontrak ekspor, Hendra mengaku tidak tahu siapa saja anggota APBI yang telah melakukan eksport batu bara ke Eropa. “Kami tidak tahu detailnya. Karena kami tidak melacak aktivitas komersial anggota kami,” tuturnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Uni Eropa tidak masuk dalam lima besar tujuan ekspor batu bara Indonesia pada 2021. Cina menjadi negara tujuan ekspor utama dengan volume mencapai 108,5 juta ton senilai US$ 9,1 miliar. Simak databoks berikut:
Negara-negara Uni Eropa pada Kamis (7/4) sepakat untuk menghentikan pembelian dan melarang impor batu bara dari Rusia mulai pertengahan Agustus 2022. Itu sebulan lebih lambat dari yang sebelumnya diusulkan, yakni pada Juni.
Menurut dua sumber yang mengetahui permasalahan ini, penundaan tersebut menyusul adanya desakan dari Jerman yang belum siap lepas dari pasokan batu bara Rusia lebih cepat. Larangan impor ini merupakan sanksi tambahan atas invasi Rusia ke Ukraina sejak akhir Maret.
Imbas kebijakan ini negara pengimpor batu bara di Eropa dan Asia diperkirakan akan saling berebut pasokan yang saat ini kondisinya sudah ketat. Pasalnya negara eksportir utama, Australia dan Indonesia, telah mencapai batas produksi.
Sementara negara produsen batu bara lainnya seperti Afrika Selatan terkendala masalah logistik. Beberapa negara importir kemungkinan akan berjuang untuk mempertahankan tingkat pasokan yang akan membuat harga batu bara global tetap tinggi.