Neraca Dagang April Diprediksi Masih Surplus, Ekspor CPO Tak Berdampak
Sementara itu, impor diramal tumbuh 36,72% yoy. Hal ini didukung oleh permintaan yang meningkat seiring periode Ramadan dan lebaran. PMI Manufaktur Indonesia naik tipis dari 51,3 menjadi 51,9 pada 22 April. Faktor lainnya karena harga minyak juga tetap tinggi, meningkat 105% YoY.
Perkiraan surplus oleh Kepala Bank Permata Josua Pardede jauh lebih rendah dibandingkan dua perkiraan sebelumnya. Ia meramalkan surplus bulan lalu sebesar US$ 3,27 miliar, tergerus lebih dari US$ 1 miliar dari surplus Maret 2022. Ekspor diramal tumbuh 35,97% YoY dan impor sebesar 34,97%.
"Penurunan surplus dipengaruhi oleh penurunan kinerja ekspor secara bulanan mempertimbangkan penurunan rata-rata harga komoditas global seperti CPO 4,4% Month to Month (MtM), batu bara 5,58% MtM dan karet alam 2,25% MtM," kata dia.
Sejumlah mitra dagang RI seperti Cina, zona Euro serta secara keseluruhan indeks PMI manufaktur global mencatat penurunan. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap kinerja ekspor RI.
Impor tumbuh 34,97% YoY. Ia melihat, impor migas akan melandai pada bulan April setelah meningkat pada bulan sebelumnya. Sementara impor non-migas masih akan meningkat seiring perbaikan kondisi manufaktur dalam negeri.
"Berdasarkan jenis penggunaan, impor barang konsumsi diperkirakan akan cenderung meningkat jelang Idul Fitri, mengikuti pola yang sama pada tahun-tahun sebelumnya," ujarnya.