Jaga Inflasi, Menko Airlangga Waspadai Kenaikan Harga Telur dan Bawang
Pemerintah mewaspadai kenaikan harga bahan pokok yang memicu lonjakan inflasi. Komoditas pangan yang diwaspadai karena mengalami kenaikan harga saat ini adalah bawang dan telur ayam ras.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan kenaikan harga pangan memiliki kontribusi yang besar dalam peningkatan inflasi nasional. Menurutnya, 30 dari 34 provinsi di dalam negeri memiliki angka inflasi yang lebih besar dari angka inflasi nasional sebesar 4,9% pada kuartal II-2022.
"Core inflation kita masih di bawah 4%, tapi ini menjad alarm karena masalahnya antara harga bawang, telur ayam, dan sembilan bahan pokok penting ini harus kita jaga,"kata Airlangga dalam Munas 1 Jaringan Pengusaha Nasional di Jakarta, Kamis (25/8).
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional atau PIHPSN mendata rata-rata nasional harga telur ayam hari ini kembali mencetak rekor tertinggi senilai Rp 31.300 per kilogram. Berdasarkan data PIHPSN, rata-rata nasional harga telur ayam tidak pernah menembus angka Rp 31.000 setidaknya sejak 2018.
Kementerian Perdagangan mendata harga telur ayam ras sudah menembus Rp 30.000 per kilogram di 21 provinsi per 24 Agustus 2022. Harga telur paling mahal tercatat di Papua, yakni Rp39.650 per kilogram. Harga ini sudah meningkat 15,09% sejak awal tahun.
Pada saat yang sama, ada 13 provinsi yang harga telurnya masih di bawah Rp 30.000 per kilogram. Harga termurah tercatat di Jambi, yaitu Rp26.000 per kilogram. Harga telur di Jambi ini lebih rendah 16,13% dibandingkan awal tahun.
Sementara itu, rata-rata nasional harga bawang merah ukuran sedang telah mencapai Rp 39.200 per hari ini. Adapun, harga bawang putih ukuran sedang adalah Rp 28.650 per Kg.
Selain harga pangan, Airlangga mengatakan, harga energi juga berkontribusi besar dalam perhitungan inflasi nasional. Menurutnya, harga energi menjadi perhatian lantaran harga energi internasional telah melebihi proyeksi anggaran negara pada tahun ini.
"Bantalan APBN yang selama ini bisa terus menyerap kenaikan harga energi, tidak bisa terus melakukan hal tersebut," kata Airlangga.
Untuk mendorong ketahanan pangan, Airlangga mengatakan, pemerintah akan fokus melaksanakan tiga hal, yakni diversifikasi pangan, intensifikasi pangan, dan pengembangan bibit hasil rekayasa genetika atau GMO. Menurutnya, strategi tersebut dapat meningkatkan resiliensi sektor pangan nasional.
Airlangga menilai peningkatan performa pangan terjadi pada komoditas jagung. Hal tersebut dibuktikan dengan penurunan volume impor menjadi 800.000 ton dari 3,5 juta ton.
Sebelumnya, Airlangga telah diminta Presiden Joko Widodo untuk menambah lahan jagung di dalam negeri seluas 86.000 hektar. Upaya ini dilakukan lantaran harga jagung global berada di angka US$ 335 per ton atau setara Rp 5 ribu per kilogram.
Selain itu, peningkatan produksi dilakukan di tengah terbatasnya ekspor jagung di Cina dan India. Adapun, lahan jagung yang akan diperluas berada di Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Kalimantan Utara.