Pengusaha Sepatu PHK 25.700 Pegawai, Termasuk Nike dan Adidas?
Dia hanya menjelaskan bahwa kesulitan juga dialami oleh pengekspor alas kaki di negara lain, seperti Vietnam dan Cina. Bahkan pelaku usaha di kedua negara ini mengajukan izin kepada pemerintah untuk mengurangi jam kerja dari 40 jam menjadi 25 - 30 jam per minggu.
“Itu sebetulnya sudah kami lakukan berbulan-bulan lalu. Kami ingin memberikan kepada pemerintah jalan keluar, bagaimana kalau bisa, kami hanya menggaji berdasarkan pro rata jam kerja,” ujar dia.
“Dalam artian, kami ingin meminta kelonggaran untuk mengurangi jam kerja supaya tidak PHK. Tapi dalam perkembangan itu, tidak bisa karena ini kan jalan terus,” tambah Eddy.
Menurutnya, karyawan kini hanya bekerja setengah hariatau 70%. Hal ini karena sepi order.
Ia merasa pengusaha sepatu menghadapi dilema yakni perlu melakukan efisiensi, termasuk PHK. Tetapi di sisi lain, mereka akan membutuhkan pekerja jika permintaan naik. “Kalau rekrut, harus memberikan pelatihan dan sebagainya lagi,” ujarnya.
Eddy juga menyatakan tidak setuju jika pemerintah mengubah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 tahun 2021 tentang Tunjangan Hari Raya (THR). Dia berharap pemerintah mengkaji dampaknya dengan saksama.
“Sekarang ini justru subsidi, karena bagaimanapun memikirkan agar masa depan baik. Kalau memang seperti ini, bukan hanya PHK. Mungkin pabrik-pabrik akan tutup,” ujarnya.