Ada Insentif Gas Murah, Industri Pupuk Ungkap Penyebab Harga Mahal

Happy Fajrian
Oleh Happy Fajrian - Muhamad Fajar Riyandanu
3 Februari 2023, 19:30
industri pupuk, pupuk indonesia, insentif gas murah
ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/wsj.
Pekerja menata pupuk urea di gudang distributor pupuk Indonesia di Lopang, Serang, Banten, Jumat (8/5/2020).

"Produksi 2022 relatif sama dengan tingkat produksi 2021. Dampak perang masih terasa sampai sekarang. Kami masih kesulitan untuk mendapatkan bahan baku. Pangsa pasar Pupuk Indonesia sekitar 60% jadi kami terus melakukan pengembangan-pengembangan pabrik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," ujarnya.

Senada, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), Achmad Tossin Sutawikara, tidak sepakat jika insentif gas murah disebut gagal meningkatkan produktivitas. Sebab tingkat produksi pupuk nasional konsisten naik selama lima tahun terakhir.

Capaian positif itu diklaim terus berjalan meski sejumlah industri manufaktur mengalami kemunduran di dua tahun belakangan imbas Pandemi Covid-19. "Produksi kami naik sejak 2017 sampai sekarang, peningkatannya cukup signifikan, ketika dibilang tidak efektif itu dari mananya," kata Tossin.

Tossin menambahkan, implementasi HBGT pada industri pupuk berdampak positif pada capaian pembuatan pupuk di lima anggota APPI. Diantaranya Pupuk Kaltim, Petrokimia Gresik, Pupuk Kujang, Pupuk Iskandar Muda dan Pupuk Sriwidjaja. "Produksi pupuk sekira 13 juta ton, yang pupuk subsidi sekira 9 juta ton," ujarnya.

Lebih lanjut, kata Tossin, penyaluran gas murah ke industri pupuk sejak 2020 relatif berjalan lancar meski sesejali mengalami penurunan tekanan gas secara tiba-tiba di waktu tertentu. Meski demikian, hal tersebut tak berdampak signifikan pada torehan produksi pupuk.

"Misal ke Petrokimia tekanan gasnya turun tapi kemudian normal kembali, Ini normal. Artinya, HGBT sangat membantu capaian produksi," kata Tossin.

Sebelumnya, Anggota Komisi VII DPR Lamhot Sinaga mengatakan bahwa pelaksanaan insentif HBGT belum bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing industri. Industri tersebut yaitu industri pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca dan sarung tangan karet.

Dia mengatakan, tingkat produksi pupuk sejak pemberlakuan HGBT pada 2020 tak memberi dampak siginifikan dari hasil produksi pupuk sebelum pelaksanaan HGBT.

"Kapasitas produksi pupuk tidak ada kenaikan dengan harga US$ 6. Tetap 15 juta ton dengan rincian subsisi 9 juta ton dan non subisdi 6 juta ton, sama saja," kata Lamhot saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Kementerian ESDM pada Kamis (2/2).

Dia juga menduga bahwa insentif HGBT hanya dirasakan oleh para pelaku usaha. Kata Lamhot, harga pupuk di pasaran masih tinggi sehingga memberatkan para petani. "Di dapil saya Sumatera Utara warga menjerit soal pupuk ini. Rakyat tidak terbantu, apakah hanya korporasi yang diuntungkan," ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengakui belum ada peningkatan produksi yang signifikan dari tujuh industri yang memperoleh insentif harga gas. Kementerian ESDM dalam waktu dekat juga bakal menagih laporan konsumsi gas murah dan capaian produksi komoditas dari masing-masing tujuh industri penerima HGBT.

"Untuk itulah kami ingin tanyakan juga realisasinya. Gasnya ini udah disuplai, disediakan harganya, tapi kenapa kok gak naik-naik produksinya," kata Arifin.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu, Happy Fajrian
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...