Alasan Kemenperin Sebut Sektor Manufaktur Masih Menarik Meskipun Banyak PHK

Andi M. Arief
26 Maret 2025, 15:11
manufaktur, kemenperin, kementerian perindustrian
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/nz.
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembuatan pakaian di salah satu pabrik garmen di Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (15/1/2023).

Ringkasan

  • Ferrari akan meluncurkan mobil listrik dengan harga lebih dari Rp 8,8 miliar pada tahun depan.
  • Pabrik baru di Maranello akan memproduksi mobil listrik, hibrida, dan berbahan bakar bensin, dengan kapasitas produksi hingga 20.000 unit per tahun.
  • Ferrari juga sedang mengembangkan model mobil listrik kedua, dengan harga yang diperkirakan mahal untuk mempertahankan margin dan mengimbangi biaya teknologi listrik.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kementerian Perindustrian optimistis sektor manufaktur masih menarik investasi pada awal tahun ini di tengah maraknya laporan pemutusan hubungan kerja di industri pengolahan nonmigas. Kondisi ini tercermin dari 198 fasilitas produksi yang dalam proses pembangunan pada Januari-Februari 2025.

Namun pada periode yang sama, setidaknya enam pabrik telah melakukan PHK terhadap 14.769 tenaga kerjanya. "Sektor manufaktur di Indonesia masih menjadi daya tarik bagi investor untuk berinvestasi. Rencana serapan tenaga kerja di sektor manufaktur jauh lebih banyak dari angka PHK," kata Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief dalam konferensi pers virtual, Rabu (26/3).

Ia mengungkapkan 198 pabrik yang dalam proses konstruksi diprediksi akan menyerap 24.568 tenaga kerja. Pemerintah yakin sektor manufaktur dalam kondisi ekspansif dalam kuartal pertama 2025.

Hal itu tercermin dalam jumlah industriawan yang mengaku kondisi usahanya stabil atau tidak mengalami perubahan naik dari 46,1% pada Februari 2025 menjadi 47% pada bulan ini. Selain itu, 24,5% pengusaha manufaktur menilai kondisi stabil pada Maret ini akan berlanjut hingga September 2025.

Febri memaparkan 21 dari 23 sub sektor manufaktur terdata dalam kondisi ekspansif. Adapun dua subsektor manufaktur yang kini dalam kondisi kontraksi adalah KBLI 31 atau industri furnitur dan KBLI 22 atau industri karet, barang dari karet, dan plastik.

Pada saat yang sama, Indeks Kepercayaan Industri atau IKI tercatat susut 17 basis poin secara bulanan menjadi 52,98 poin bulan ini. Perlambatan indeks ini disebabkan oleh turunnya variabel pesanan baru. Akan tetapi, Febri menunjukkan, dua dari tiga variabel dalam formula IKI masih tumbuh, yakni produksi dan persediaan produk.

Ancaman Industri Furnitur

Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin Krisna Septiningrum mengatakan ada dua hal yang mendorong penurunan pada industri furnitur. Pertama, pasar masih menunggu penurunan harga jual di pasar ekspor akibat ketegangan geopolitik yang berkepanjangan.

Kedua, peningkatan bea masuk ke pasar Amerika Serikat menjadi 25%. Krisna mendata pasar Amerika Serikat berkontribusi hingga 60% dari total nilai ekspor pada tahun lalu.

Walau demikian, Krisna menilai potensi pertumbuhan industri furnitur masih ada pada tahun ini. Hal tersebut tercermin dalam animo pembeli asing dalam Indonesia International Furniture Expo 2025.

Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) memproyeksi nilai ekspor furnitur ke Amerika Serikat dapat lebih rendah pada tahun ini dibandingkan dengan capaian 2024. Hal tersebut dinilai dapat terjadi jika bea masuk produk furnitur ke Negeri Paman Sam mencapai 25% sampai akhir tahun ini.

Saat ini pangsa pasar furnitur Indonesia berada di peringkat ke-6 setelah Cina, Vietnam, Meksiko, Kanada, dan Italia. Namun, peringkat tersebut berpotensi turun jika produk Indonesia dikenakan tarif tambahan. Sebaliknya, Malaysia dan Vietnam telah memiliki perjanjian perjanjian dagang dengan AS, yang membuat produk mereka lebih kompetitif.

Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur mendata, nilai ekspor furnitur Indonesia ke Amerika Serikat meningkat 16,64% secara tahunan, mencapai US$ 1,2 miliar pada tahun lalu. Angka tersebut diproyeksikan tumbuh 16,6% pada tahun ini menjadi US$ 1,4 miliar.

"Seharusnya Indonesia memiliki perjanjian dagang FTA dengan Amerika Serikat untuk menghindari ancaman tersebut. Itu yang kami harapkan saat ini," ujar Sobur dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Andi M. Arief
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...