Dampak Ekonomi Konflik AS-Iran, Harga Minyak hingga Bitcoin Melonjak

Hari Widowati
6 Januari 2020, 16:15
dampak ekonomi konflik As-Iran, harga minyak melonjak akibat konflik Iran-AS, konflik Timur Tengah, harga emas, bitcoin, bursa saham global, yen
ANTARA FOTO/REUTERS/Alaa al-Marjani
Pelayat menghadiri upacara pemakaman Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Elite Quds dari Garda Revolusioner, yang tewas dalam serangan udara di bandara Baghdad, di Kuil Suci Imam Ali di Najaf, Irak, Sabtu (4/1/2020).

Pendiri Quantum Economics, Mati Greenspan, mengatakan serangan AS terhadap Iran mendorong kenaikan harga emas yang secara tradisional dianggap sebagai aset investasi yang aman di tengah ketidakpastian geopolitik maupun ekonomi. Bitcoin pun dianggap setara dengan emas karena resistensinya terhadap inflasi.

Di Iran, harga bitcoin bahkan mencapai IRR 1,09 miliar atau sekitar Rp 360 juta per koin. Supervisory Board of Asosiasi Blockchain Indonesia, Pandu Sastrowardoyo, mengatakan kenaikan harga bitcoin di Iran disebabkan situasi geopolitik yang memanas. Investor pun memindahkan investasinya dari mata uang konvensional ke bitcoin karena khawatir terhadap ketidakpastian ekonomi pasca-serangan AS.

Presiden Iran Hassan Rouhani dalam Muslim Summit 2019 di Malaysia pada Desember lalu menyatakan, umat Islam di dunia harus memiliki mata uang kripto tersendiri untuk menyelamatkan diri dari dominasi dolar AS dan rezim finansial AS. Iran sejak lama telah mengadopsi mata uang bitcoin karena AS menerapkan sanksi ekonomi berupa larangan transfer uang ke negara tersebut.

Sepanjang 2019, harga bitcoin melejit 94% dan menjadikannya salah satu aset dengan kinerja terbaik di dunia. Kenaikan harga bitcoin itu sekitar tiga kali lipat dari total imbal hasil yang diberikan saham-saham berkapitalisasi besar di dalam indeks S&P 500.

(Baca: Pasca-Serangan AS, Harga Bitcoin di Iran Tembus Rp 360 Juta)

Bursa Saham Anjlok

Di saat yang sama, sejumlah indeks bursa dunia rontok karena kekhawatiran terhadap meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah. Investor memilih melepas aset berupa saham karena dianggap sebagai aset yang berisiko.

Akhir pekan lalu, Indeks S&P 500 ditutup minus 0,81% ke level 28.634,88 poin. Investor diperkirakan masih melanjutkan aksi jualnya di bursa AS, hal ini terlihat dari kontrak indeks Dow Jones (DJIF) yang turun 0,74% ke level 28.386 poin.

Indeks Nikkei di Bursa Tokyo turun paling dalam, yakni 1,91% ke level 23.204,86 poin pada penutupan perdagangan Senin (6/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penurunan terdalam kedua, yakni 1,04% ke level 6.257,4 poin.

Indeks Hang Seng di Bursa Hong Kong juga turun 0,95% ke level 28.180,28 poin. Begitu pula dengan Indeks Strait Times Singapura yang ditutup minus 0,8% ke level 3.212,94 poin.

(Baca: Harga Saham Sektor Pertambangan Melesat Imbas Konflik AS - Iran)


Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...