HSBC hingga Li Ka-shing Minta Stabilitas Hong Kong Dipulihkan

Hari Widowati
23 Agustus 2019, 10:53
rusuh di Hong Kong, demonstrasi Hong Kong, dampak rusuh Hong Kong terhadap ekonomi, HSBC, Li Ka-shing, Stanchart
ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu
Pengunjuk rasa anti uu ekstradisi berpawai menuntut demokrasi dan reformasi politik, di Hong Kong, China, Minggu (18/8/2019).

(Baca: Dampak Demonstrasi, Orang Kaya di Hong Kong Ajukan Visa ke Australia)

Li Ka-shing Imbau Tiongkok Tidak Menggunakan Kekerasan

Kekerasan ini membuat para pengusaha dan korporasi angkat bicara. Tak terkecuali orang terkaya di Hong Kong, Li Ka-shing. Ia memasang iklan satu halaman penuh di Hong Kong Economic Times dan Hong Kong Economic Journal. Iklan itu bergambar lingkaran merah dengan tanda silang di atas huruf China di dalamnya yang berarti kekerasan. Iklan lainnya bertuliskan, "Cintailah Tiongkok, Cintailah Hong Kong, Cintailah Dirimu Sendiri."

Guru Besar Sastra Tiongkok di Universitas Pennsylvania, Victor Mair, mengatakan iklan Li Ka-shing itu memiliki pesan terselubung. "Li Ka-shing memberi rekomendasi agar pemerintah Tiongkok tidak menggunakan kekerasan (untuk menghadapi para demonstran) dan membiarkan Hong Kong mengurus masalahnya sendiri," kata Mair seperti dikutip National Public Radio Inc.

Sementara itu, Bank of East Asia menyerukan upaya untuk membangun harmoni dan mendorong perekonomian dalam iklan yang dipublikasikan di tiga surat kabar lokal. "Kami mengutuk segala jenis kekerasan dan berharap Hong Kong bisa mengembalikan kedamaian dan keteraturan sehingga bisa fokus menghadapi tantangan-tantangan lainnya," kata bank tersebut kepada CNN Business. Dalam presentasi kinerjanya awal pekan ini, Bank of East Asia menyebut ketegangan di Hong Kong menggerus kepercayaan konsumen dan dunia usaha, serta mengurangi kunjungan wisatawan.

(Baca: Hong Kong Rusuh, Alibaba Tunda Rencana IPO Senilai Rp 214 Triliun)

Para pejabat Hong Kong juga memberi peringatan soal dampak negatif tensi sosial politik di kawasan tersebut terhadap kinerja ekonomi. Hong Kong sudah merasakan dampak dari perlambatan ekonomi Tiongkok dan perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok. Pekan lalu, pemerintah Hong Kong mengumumkan paket stimulus ekonomi senilai US$ 2,4 miliar atau sekitar Rp 33,6 triliun untuk menjaga agar Hong Kong tidak mengalami resesi.

Pada kuartal II 2019, ekonomi Hong Kong hanya tumbuh 0,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini adalah pertumbuhan ekonomi kuartalan terendah yang tercatat dalam satu dekade terakhir.

(Baca: Terancam Resesi, AS Kaji Pangkas Pajak Keuntungan Jual Aset)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...