Mewaspadai Dampak Makin Panasnya Perang Dagang Amerika-Kanada

Muchamad Nafi
13 Juni 2018, 10:52
Donald Trump
REUTERS/Kevin Lamarque/ANTARA FOTO

Selain itu, Kanada pun berencana mengenakan tarif balasan hingga C$ 16,6 miliar, sekitar US$ 12,8 miliar untuk impor Amerika. Komoditas yang dibidik mencakup wiski, jus jeruk, baja, aluminium, dan beberapa produk lainnya.

(Lihat pula: Perundingan Perdagangan Bebas Eropa Terhambat Akses Pasar).

Walau demikian Trudeau masih menimbang periode yang tepat untuk merealisasikan rencana tersebut. Jika langkah ini diambil, ada kemungkinan Kanada butuh waktu panjang untuk memenangkan perang dagang melawan negara dengan ukuran ekonomi 10 kali lebih besar dengan mengambil sebagian besar pasar ekspornya.

Selain itu, pejabat Kanada akan menekan lebih keras dengan melobi petinggi Amerika yang difokuskan pada anggota parlemen yang berpotensi simpatik di luar Gedung Putih. Dari mereka akan digalang dukungan agar negara-negara sekutu mendorong Trump tidak melaksanakan semua ancamannya.

Situasi yang memanas dari langkah-langkah kontroversial Trump juga menjadi pembahasan konferensi internasional “The Future of Asia” di Jepang. Dalam kesempatan itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan sejumlah pandangannya mengenai peran penting keterbukaan dalam mendukung kerja sama antarnegara untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas. Bertajuk “Keeping Asia Open: How to Achieve Prosperity and Stability”, JK mengungkapkan keterbukaan sedang menghadapai tantangan dari beberapa pandangan baru.

Yang meresahkan, pandangan baru tersebut dibangun atas dasar pertimbangan internal suatu negara dan nilai-nilai yang dianut negara tersebut. “Proteksionisme dan unilateralisme semakin berkembang,” kata Kalla di Hotel Imperial, Tokyo, Selasa (12/6). (Baca juga: Indonesia dalam Bayang-bayang Perang Dagang Amerika-Tiongkok).

Arah pernyataannya cukup jelas menunjuk ke Trump. Kalla memberi contoh langkah Amerika yang mengibarkan perang dagang ke sejumlah negara. Ketegangan dimulai dengan keputusan Trump menaikkan tarif bea masuk sejumalah komoditas dari Cina. Situasi makin runyam ketika zona perang dagang meluas ke beberapa negara yang selama ini menjadi sekutu tradisionalnya seperti Kanada, Uni Eropa, dan Meksiko.

Kalla berpandangan bahwa masalah tersebut tidak bisa diselesaikan hanya oleh satu negara. Kerja sama internasional menjadi kunci dalam membereskan problem ini. Di titik ini, Kalla menegaskan hanya negara-negara yang stabil secara internal yang dapat berperan secara efektif.

Untuk mencapai hal itu mensyaratkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif untuk mencapai kesejahteraan di seluruh dunia melalui stabilas politik dan ekonomi. Stabilitas politik akan terwujud bila menolak paham unilateral sembari membereskan masalah terorisme dan kemiskinan.

“Sementara stabilitas ekonomi dapat dicapai dengan tetap menaati perjanjian perdagangan yang telah disepakati bersama, termasuk perjanjian perdagangan bebas,” kata Kalla. (Baca: Gaya JK Sentil Presiden Trump dari Perang Dagang hingga Proteksionisme).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...