Cina Lobi Uni Eropa untuk Cari Penyelesaian Perang Rusia - Ukraina
“Cina akan terus mendorong perundingan perdamaian dan memainkan peran konstruktif dalam penyelesaian lewat jalur politik atas krisis Ukraina,” kata Wang Wenbin.
Namun dia juga menyampaikan kecaman terhadap tindakan Direktur CIA William Burns yang mengatakan kepada Senat bahwa Amerika Serikat (AS) akan melanjutkan dukungannya terhadap Ukraina sebagai pesan bahwa AS tidak akan meninggalkan mitranya di Indo-Pasifik sekaligus memicu penguatan kepemimpinan Cina di Taiwan maupun Laut Cina Selatan.
“Pernyataan itu menunjukkan bahwa yang benar-benar dipedulikan AS bukanlah Ukraina, namun memanfaatkan krisis Ukraina untuk mewujudkan tujuan strategis geopolitiknya,” ujarnya.
Pada 24 Februari 2022, Rusia melancarkan operasi militer khusus ke Ukraina. Saat ini, sekitar 18% wilayah Ukraina masih berada di bawah pendudukan Rusia termasuk Semenanjung Krimea serta sebagian besar Donetsk dan Luhansk di bagian timur.
Organisasi Save the Children mencatat lebih dari 10.500 orang telah tewas imbas invasi, dengan 587 di antaranya merupakan anak-anak. Selama dua tahun tersebut, sekutu Ukraina juga mengirim berbagai bantuan baik militer, finansial dan kemanisaan.
Negara-negara Barat menyuplai peralatan tempur seperti tank militer, sistem pertahanan udara hingga artileri jarak jauh. Sementara data dari Institut Kiel untuk Ekonomi Dunia menyebut berbagai institusi Uni Eropa mengirim bantuan senilai US$ 92 miliar (sekitar Rp 1.438,42 triliun) sedangkan AS mengirimkan US$ 73 miliar (sekitar Rp 1.141,35 triliun).
Sementara Rusia secara terus-menerus memperingatkan agar berbagai negara tidak melanjutkan pengiriman senjata ke Ukraina dengan mengatakan hal itu akan berakibat buruk dengan meningkatkan eskalasi konflik.