Mengenal Psikosomatik yang Mengiringi Pandemi Corona

Image title
2 April 2020, 15:07
Relawan memasang poster bertajuk Desain Poster untuk Indonesia Bersama Lawan Corona di halaman Roemah Rakyat, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Rabu (1/4/2020). Desain poster yang juga dipamerkan di sosial media tersebut dibuat sebagai media informasi, eduka
ANTARA FOTO/Maulana Surya/hp.
Relawan memasang poster bertajuk Desain Poster untuk Indonesia Bersama Lawan Corona di halaman Roemah Rakyat, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Rabu (1/4/2020). Desain poster yang juga dipamerkan di sosial media tersebut dibuat sebagai media informasi, edukasi, sekaligus pemantik spirit kebersamaan untuk bangsa Indonesia bersatu padu melawan virus COVID-19.

Sementara menurut Sciencealert, seseorang biasanya mulai mengalami tekanan mental ketika memasuki usia pertengahan 20 tahun dengan berbagai penyebab. Termasuk cemas dengan merebaknya sebuah wabah. Saat ini lebih kurang 10 persen dari pendudukan global memiliki penyakit kecemasan yang mengarah kepada psikosomatik.

(Baca: Transaksi Aplikasi Psikologis AS Naik 2 Kali Lipat Efek Pandemi Corona)

Cara Menghindari Psikosomatik di Tengah Corona

Perkaranya, virus Corona belum juga menunjukkan reda secara global. Media-media pun masih fokus memberitakan tentang pandemi ini. Khusus di Indonesia penanganan penyebaran virus Corona juga masih belum sepenhuhnya maksimal.

Pelaksanaan tes Covid-19 yang berfungsi mendeteksi dini virus ini di tubuh manusia masih rendah di negeri ini. Hanya 25 orang per satu juta penduduk. Jauh di bawah Korea Selatan yang memiliki rasio 8.222 orang per satu juta penduduk.

Data lengkapnya bisa dilihat dalam Databoks di bawah ini:

Tak ayal muncul seorang yang cemas berlebihan seperti Mahfud di tengah merebaknya virus Corona. Namun, bukan berarti kita tak bisa menghindari psikosomatik. Melansir BBC, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecemasan selama pandemi Corona.

Pertama, adalah mengurangi membaca berita dan menyeleksi sumber berita tentang Corona. Dengan begitu pikiran tak akan terlalu terpengaruh dengan kondisi pandemi Corona di dunia. Kedua, berjarak dengan media sosial dan konten-konten yang bisa memancing kecemasan. Mayoritas perbincangan soal Corona adalah melalui media sosial, termasuk hoaks tentang penyakit ini yang bisa membuat pikiran terganggu apabila tak bisa segera mengonfirmasi kebenarannya. Maka, menghindarinya adalah langkah baik untuk kesehatan mental.

Ketiga, tetaplah berhubungan dengan kerabat dekat. Karena kesepian selama masa karantina dan social distancing sangat memengaruhi kondisi mental. Berhubungan bisa dilakukan dengan menggunakan aplikasi video conference seperti Skype. Terakhir, rajin berolahraga. Sebab olahraga akan bisa mengaktifkan hormon baik dalam tubuh.               

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...