Tren Ngopi ala Milenial, antara Aplikasi dan Promosi

Desy Setyowati
15 Desember 2019, 13:00
tren ngopi ala milenial, pilih memesan lewat aplikasi dan andalkan promosi
Fore Coffee
Ilustrasi, Fore Coffee

Sama seperti Fore, Kopi Kenangan tetap membangun banyak gerai. “Bulan ini (Oktober) ada sekitar 42 gerai lagi (yang dibangun). Setiap bulannya bisa sampai 40,” kata dia.

Dengan konsep bisnis seperti itu, Kopi Kenangan dapat menarik hati Sequoia India. Salah satu investor Gojek itu berinvestasi US$ 20 juta atau sekitar Rp 288 miliar di Kopi Kenangan. Jaringan kedai kopi ini pun berencana membuka 2.500 gerai pada 2021.

Banyaknya penikmat kopi, khususnya di kota besar, memang menjadi pasar potensial bagi pebisnis. Aplikasi menjadi strategi tersendiri untuk menggaet pasar tersebut.

Berdasarkan data Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI), pertumbuhan konsumsi kopi nasional meningkat 248% dari 155 ribu ton menjadi 385 ribu ton tahun lalu. Para pebisnis kopi menangkap peluang ini dengan meluncurkan aplikasi.

Penjualan melalui aplikasi tersebut dinilai efektif untuk menggaet konsumen di perkotaan. Nielsen Singapura dalam laporannya menyebutkan, 95% dari 1.000 responden membeli makanan siap santap selama Juni hingga Agustus 2019. Dari jumlah tersebut, 58% di antaranya menggunakan layanan pesan-antar makanan via aplikasi.

Responden tersebut berusia 18-45 tahun, berdomisili di Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Balikpapan, Medan dan Makassar. (Baca: Asosiasi Waralaba Sebut Gerai Kopi dengan Modal Besar yang Bertahan)

Nielsen menyebutkan, ada banyak pekerja kantor yang memesan makanan melalui aplikasi. “Semakin banyak masyarakat Indonesia yang masuk kelas menengah, rela membayar lebih supaya mereka punya waktu lebih banyak,” kata Executive Director of Consumer Insights Nielsen Singapura Garick Kea di Jakarta, beberapa waktu lalu (19/9).

Namun, tingginya peminat kopi tak dibarengi dengan peningkatan produksi di dalam negeri. Data Kementerian Pertanian menunjukkan, produksi kopi nasional naik tipis dari 639,4 ribu ton pada 2015 menjadi 663,9 ribu ton pada 2016. Pada tahun ini, produksinya diproyeksi hanya 729,1 ribu ton.

Padahal kedai kopi di Tanah Air semakin beragam. Selain Kopi Kenangan dan Fore Coffee, ada beberapa gerai kopi yang dikenal luas seperti Kopi Janji Jiwa, Kulo, Tuku, Kopi Tetangga dan lainnya.

Namun, bisnis gerai kopi di Indonesia diprediksi menyusut ke depan. Menurut Ketua Asosiasi Franchise Indonesia Anang Sukandar, gerai kopi dengan suntikan modal besar seperti Kopi Kenangan dan Fore Coffee akan menggeser pebinis kopi lainnya.

Perusahaan dengan suntikan modal besar tersebut mampu menjual kopi berkualitas dengan harga yang murah. "Akan terjadi seleksi, jumlah pebisnis waralaba kopi enggak akan banyak. Waralaba dengan suntikan modal besar bisa bertahan, mereka menjual kopi dengan harga Rp 18 ribu di mal," kata Anang di Jakarta, beberapa waktu lalu (22/11).

Anang menyebut yang akan tergeser bukan hanya pebisnis lokal, namun juga pemilik jaringan kopi internasional yang menjual harga kopi yang lebih mahal. Dia memperkirakan seleksi akan terjadi pada tiga hingga lima tahun ke depan.

(Baca: Startup Minuman Besutan Putra Jokowi Siap Luncurkan Aplikasi pada 2020)

Reporter: Dorothea Putri Verdiani

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...