Menyusuri Kerusakan Lingkungan Akibat Tumpahan Minyak ONWJ

Image title
30 Agustus 2019, 16:11
Karawang, tumpahan minyak, ONWJ
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Tampak tumpahan minyak ONWJ yang bocor di tengah laut Desa Pasir Putih, Karawang, Jawa Barat (20/8).

Rajungan yang merupakan salah satu hasil laut paling banyak di Desa Pasir Putih mendadak menghilang. Padahal biasanya dalam satu kapal nelayan dapat menangkap 10-50 kilogram rajungan. Setelah tumpahan minyak, nelayan hanya berhasil menangkap 1-2 ekor saja.

Dampak tumpahan minyak juga terlihat dari kerusakan tambak ikan di Desa Muara Baru. Di desa itu, kami menemukan ribuan hektare tambak yang terbengkalai. Tak satu pun ikan terlihat dari tambak yang berair dangkal tersebut.

Pemilik tambak seluas 3 hektare, Riqi Rianto (28), menyatakan ribuan ikan bandeng mati akibat air laut yang digunakan tercemar tumpahan minyak. Ikan mati sejak masa awal terjadinya tumpahan sumber energi fosil ini. “Tak ada satu pun ikan yang berhasil diselamatkan,” kata Riqi.

Dia menelan kerugian sekitar Rp 7 juta sebagai modal bibit 8 ribu ikan bandeng dan udang windu. Dari menabur benih itu, biasanya Riqi menjual ikan setiap empat bulan dengan pendapatan sekitar Rp 25 juta.

Nasib sial juga dialami Anas (31), pemilik tambak seluas 3 hektare. Ribuan bibit ikan bandeng, udang windu, dan udang api yang ditaburnya berangsur-angsur mati sejak terjadinya tragedi tumpahan minyak.

Anas memperkirakan kerugian dari modal bibit dan hilangnya potensi pendapatan dari gagal panen sekitar Rp 30 juta. Pria yang merantau dari Lampung ini sekitar setahun mengelola tambak, sebelumnya dia bekerja sebagai nelayan selama 10 tahun.

Limbah Minyak di Pantai Karawang
Bibit ikan di tambak milik warga desa yang terkena tumpahan minyak dari Blok ONWJ. (Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA)

Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup masih menghitung dampak ekologis dari tumpahan minyak yang berasal dari Blok ONWJ.  Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Brahmantya Satyamurti mengatakan tumpahan minyak ini mencemari tiga provinsi, 7 kabupaten, 22 kecamatan dan 57 desa.

Hingga akhir Agustus, korban pencemaran yang sebagian besarnya nelayan sebanyak 14.655 jiwa. Sebagai gambaran, pendapatan sektor perikanan di kawasan Karawang pada 2018 sekitar Rp 179 miliar.

Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi) juga melakukan riset yang masih berlangsung mengenai dampak ekologis tragedi tumpahan minyak Blok ONWJ. Dari hasil penelitian di lapangan, tumpahan minyak kini sudah sampai ke Selat Sunda.

“Sekarang arah angina masih ke barat. Sebentar lagi kea rah timur, akan menyebar sampai Subang dan Indramayu,” kata Manajer Kampanye Perkotaan dan Energi Walhi Dwi Sawung saat dihubungi Jumat (30/8).

Dwi mengatakan di sepanjang Karawang, Banten, Kepulauan Seribu, hingga Selat Sunda ditemukan tumpahan minyak yang mengapung. Dwi menilai, jumlah minyak yang mengapung hanya 20 %, sementara jumlah terbesarnya berada di bawah permukaan laut. “Karena jenis tumpahan minyaknya heavy oil,” kata Dwi.

Tumpahan minyak ini yang dinilai merusak biota laut seperti ikan, rajungan, udang, dan kerang mati. “Perlu waktu 1-2 tahun untuk memulihkan dampak kerusakan lingkungan lautnya,” kata Dwi.

Dwi menyarankan perlu ada penelitian independen untuk menghitung dampak kerusakan ekologis dari tumpahan minyak tersebut. “Lembaga seperti LIPI punya keahlian khusus seharusnya terlibat dalam proses penelitian dampak kerusakan lingkungan yang terjadi,” kata Dwi.  

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...