Walhi: Tumpahan Minyak Pertamina Cemari 4 Desa di Laut Karawang
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan Static Oil Boom ditempatkan di sekitar anjungan YY yang terindikasi terdapat sumber utama keluarnya minyak mentah. Sehingga, minyak tersebut dapat terisolir agar tidak melebar di lautan.
"Pertamina juga menurunkan lima Giant Octopus Skimmer yang dapat menyedot tumpahan minyak dengan kecepatan tinggi," ujarnya dalam keterangan tertulis kemarin. Alat ini diklaim mampu mengangkat minyak dengan kecepatan 250 ribu liter per jam. Selanjutnya, oil spill dipompa ke kapal untuk penampungan sementara.
Selain dengan dua alat tersebut, Pertamina juga tetap menyiagakan puluhan kapal yang membentangkan Dynamic Oil Boom secara berlapis. Sehingga mengurangi potensi tumpahan minyak yang tidak tertangkap dan terbawa arus sampai ke pesisir pantai. "Pertamina terus berupaya maksimal menangani tumpahan minyak dengan menerjunkan berbagai peralatan dan metode sesuai standar di industri migas," ujarnya.
(Baca: Pertamina Diminta Ganti Rugi Akibat Tumpahan Minyak Blok ONWJ)
Peristiwa kebocoran gas dan tumpahan minyak pertama kali terjadi pada 12 Juli 2019 ketika PHE melakukan well kick pada sumur (re-aktivitasi) YYA-1. Kemudian pada 14 Juli 2019, gelembung gas semakin besar disusul semburan minyak dari sumur tersebut.
PHE memutuskan untuk menghentikan sementara kegiatan proyek di sekitar anjungan lepas pantai YYA Blok ONWJ. Perusahaan juga mengevakuasi 60 kru yang berada di lokasi dan memastikan tak ada korban jiwa terkait insiden tersebut. Tim khusus Incident Management Team (IMT) saat ini memantau perkembangan di sekitar sumur
Akibat insiden tersebut, jadwal produksi Lapangan YY Blok ONWJ yang ditargetkan mulai pada September 2019 harus mundur hingga tahun depan. Padahal, lapangan YY diproyeksi dapat menambah produksi minyak nasional tahun ini sebesar 4.065 barel minyak per hari (BOPD) dan gas bumi sebesar 25,5 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).