Dukungan NU untuk Jokowi Menguat, Muhammadiyah Beralih ke Prabowo

Dimas Jarot Bayu
5 Maret 2019, 19:49
Debat Capres II
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Calon presiden Jokowi dan Prabowo Subianto saat debat kedua. Hasil survei menunjukkan dukungan NU kepada Jokowi menguat.

Bahkan, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj sempat mendoakan kembali Jokowi memenangkan Pilpres 2019. Jokowi juga didukung oleh banyak tokoh NU.

Ma'ruf yang menjadi pendamping Jokowi sendiri juga pernah menjabat sebagai Rais A'am PBNU. Belum lagi ada Ketua Umum PPP Romahurmuziy dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

Presiden Joko Widodo bersama para ulama di Konbes NU, di Banjar, Jawa Barat
Presiden Joko Widodo bersama para ulama di Konbes NU, di Banjar, Jawa Barat (ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI)

Hal ini lah yang mampu mendorong elektabilitas Jokowi-Ma'ruf semakin tinggi di basis NU. "Dukungan Pak Jokowi di NU lumayan mengkristal kemudian juga sangat tinggi," kata Ardian.

Dari berbagai kondisi tersebut, kata Ardian, tak terjadi dengan Muhammadiyah. Ardian menilai banyak tokoh Muhammadiyah lebih condong mendukung Prabowo-Sandiaga.

Ini terlihat dari adanya tokoh senior Muhammadiyah Amien Rais di barisan pendukung oposisi. Ada pula mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak. Teranyar, Prabowo-Sandiaga mendapatkan dukungan dari eksponen Muhammadiyah yang tergabung dalam Aliansi Pencerah Indonesia.

"Salah satu faktor banyak tokoh di sana membuat dukungan di organisasi tersebut juga akan mengalir," kata dia.

Lebih lanjut, Ardian menilai kedua ormas Islam tersebut memiliki kepentingan politik yang berbeda. Karenanya, jika dukungan NU lebih banyak berkumpul di kubu Jokowi-Ma'ruf, maka warga Muhammadiyah akan mengalihkan dukungannya kepada Prabowo-Sandiaga.

"Sehingga memang dari sini ada pergeseran suara, ada trade off, ya sebabnya lebih kepada kepentingan organisasi saja," kata dia.

Rangkul Tokoh Ulama

Guna mengantisipasi dukungan dari ormas Islam selain NU beralih, Ardian menyarankan Jokowi-Ma'ruf dapat merangkul para tokoh Islam di kubu Prabowo-Sandiaga. Jika tak mampu, maka kubu Jokowi-Ma'ruf dapat meminta para tokoh Islam itu bersikap netral selama Pilpres 2019.

Hal ini sebagaimana yang dilakukan Ketua Umum PPP Romahurmuziy ketika mengajak Ustad Abdul Somad dan dai Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym untuk bersikap netral. Ardian menilai sikap netral ini dapat mengamankan suara Jokowi-Ma'ruf di kalangan pemilih muslim.

(Baca: Pendukung Prabowo Lebih Percaya Informasi di Medsos Bersimbol Agama)

Saat ini, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf di kalangan pemilih muslim masih unggul dari Prabowo-Sandiaga. Perolehan suara Jokowi-Ma'ruf di segmen tersebut tercatat sebesar 55,7% pada Februari 2019. Sementara itu, elektabilitas Prabowo-Sandiaga sebesar 33,6%.

"Targetnya tidak harus sampai meraih dukungan, tapi ya dianggap berada di tengah sudah cukup sebuah kemenangan, karena di pemilih muslim ini sudah unggul," kata Ardian.

Lebih lanjut, strategi ini dianggap akan merugikan Prabowo-Sandiaga. Sebab, mereka sudah diidentikan dengan para tokoh Islam tersebut sejak awal Pilpres 2019.

Jika para tokoh Islam itu netral, para pengikut mereka belum tentu akan memilih Prabowo-Sandiaga ke depannya. "Kalau mereka berada di tengah, sedikit banyak akan mempengaruhi dukungan yang diperoleh Prabowo-Sandiaga," kata dia.

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...