Pacu Ekspor, Bekraf Minta Industri Kreatif Pantau Tren Konsumen Global

Dini Hariyanti
4 Oktober 2018, 17:36
Danjyo Hiyoji
Instagram/@danjyohiyoji
Danjyo Hiyoji, salah satu peserta RISING Fashion 2018 di Paragon Mall, Singapura.

Museum seni dan desain kenamaan tersebut juga menjelaskan, seiring dengan era globalisasi maka operasional produsen fesyen terbilang lebih hemat. Pasalnya, bahan baku dan tenaga kerja bisa diperoleh dari belahan dunia lain dengan harga lebih murah.

Dengan kata lain, bahan baku busana dapat diperoleh dari produsen di negara lain yang menawarkan harga lebih terjangkau. Tak hanya itu, jangka waktu produksi juga lebih cepat serta mampu menyuplai dalam jumlah banyak sehingga harga jual lebih murah.

Tren fast fashion ini memiliki sisi lain yang menjadi buah bibir terutama soal cara menjalankan bisnis. Isu yang muncul kemudian adalah eksploitasi tenaga kerja, kerusakan lingkungan, pencemaran akibat penggunaan bahan kimia, sampah industri, dan kekejaman terhadap hewan.

"Di sanalah ethical fashion hadir dengan tujuan untuk mengawal isu-isu tersebut," demikian mengutip laman vam.ac.uk, Kamis (4/10).

Olivia Pinnock, jurnalis yang fokus menyoroti dunia fesyen Eropa, dalam tulisannya menyampaikan bahwa berdasarkan penelitian Common Objective diketahui selama enam tahun terakhir pencarian via Google untuk istilah fesyen berkelanjutan (sustainable fashion) naik hingga 46%, sedangkan ethical fashion meningkat 25%.

"Oeko-Tex, perusahaan sertifikasi ekologis, membuat suatu kajian. Mereka mendapati bahwa dari 60% generasi milenial yang mengaku tertarik dengan produk busana bersertifikasi ternyata hanya 37% yang benar-benar membeli produk seperti itu," demikian mengutip Pinnock dari laman forbes.com.

Isu ethical fashion tersebut menjadi tantangan bagi pegiat bisnis fesyen untuk menembus pasar global. Kendati demikian, Ria Miranda berpendapat bahwa Indonesia tetap berpeluang untuk meraup pasar ekspor yang lebih besar.

Alasannya, konsumen di luar negeri memiliki ketertarikan terhadap berbagai hal yang bernuansa etnik. "Dan secara budaya, Indonesia sangat kaya akan ragam produk (yang memiliki nilai) budaya. (Etnik disukai) mulai dari proses hingga motif," kata Ria.

(Baca juga: Tantangan Suplai Bahan Baku Bagi Pelaku Bisnis Fesyen

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...