Harga Gas untuk Industri Akan Turun Sebelum Lebaran

Anggita Rezki Amelia
17 Juni 2016, 19:22
Pipa gas
Katadata

Wiratmaja mengakui masih ada harga gas tinggi di tingkat hulu dan sulit diserap oleh industri pengguna. Salah satunya gas dari proyek Jambaran Tiung Biru di Blok Cepu. Harganya mahal karena gas yang produksi memiliki kandungan Hidrogen Sulfida (H2S) yang tinggi, mencapai 34 persen.

Ini membuat biaya produksi gas oleh kontraktor ikut terkerek. "Sehingga pabrik pupuk enggak kuat nyerap, PLN enggak kuat nyerap, dan industri lain juga enggak kuat," ujarnya.

Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Adriansyah mengatakan pihaknya mematok harga gas Tiung Biru sebesar US$ 8 per mmbtu. Harga ini sesuai dengan proposal rencana pengembangan lapangan (PoD) yang telah disetujui pemerintah.

PT Pupuk Kujang yang akan membeli gas ini keberatan dengan harga yang dipatok PEPC. "Harganya belum ketemu. Pupuk kujang juga tidak bisa menjanjikan pabrik mereka siap untuk menyerap gas di tahun 2019," kata Adriansyah kepada Katadata, Jumat (17/6).

Harga gas untuk industri di dalam negeri menjadi sorotan Menteri Perindustrian Saleh Husin. Menurutnya harga gas bumi di Indonesia masih jauh lebih mahal dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN. Harga gas di tiga negara ASEAN seperti Thailand, Singapura dan Malaysia hanya sekitar US$ 4 per mmbtu. Sementara di Indonesia, harganya bisa lebih dari US$ 8 per mmbtu.

Mahalnya harga gas akan mempengaruhi daya saing industri dalam negeri. Biaya produksi tinggi yang dikeluarkan industri menjadi lebih tinggi dan berujung pada harga produk yang dihasilkan bisa lebih mahal dibandingkan negara lain di ASEAN.

(Baca:Harga Gas Mahal, Industri Sulit Bersaing)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...