Hubungan Prabowo dan Jokowi Usai Pilpres, Mesra dan Saling Bela
Pertemuan itu menjadi pintu masuk awal Gerindra masuk ke koalisi partai pendukung pemerintah.
Kemesraan mereka berlanjut usai pergantian tahun. Pada 1 Januari mereka bertemu di Istana Kepresidenan Yogyakarta dan disiarkan langsung melalui akun YouTube Sekretariat Presiden. Jokowi menyatakan Prabowo menjadi tamu besar pertamanya di 2020.
“Alhamdulillah tadi bicara banyak hal, baik yang berkaitan dengan urusan keluarga, tapi lebih banyak urusan negara," kata Jokowi.
Sementara Prabowo menyatakan kedatangannya untuk mengucapkan selamat tahun baru, bersilaturahim, dan melaporkan pekrjaannya sebagai menteri. Termasuk membahas langkah-langkah ke depan bagi kemajua negara.
"Beliau punya langkah-langkah strategis, saya optimis [secara] pribadi tahun depan dan tahun yang akan datang, walaupun kerja keras ya, Pak," puji Prabowo.
(Baca: Prabowo Pesan Lagi Alat Kesehatan Tangani Virus Corona dari Tiongkok)
Prabowo dan Jokowi Saling Bela
Selain menampakkan kemesraraan, Prabowo dan Jokowi juga saling bela terkait kinerja mereka mengurus pemerintahan. Pada 23 Januari, Jokowi membela Prabowo yang dikritik PKS karena terlalu sering pergi ke luar negeri.
“Kalau ada yang mempertanyakan Pak Menhan pergi ke sebuah negara, itu adalah dalam rangka diplomasi pertahanan kita, bukan yang lain-lain,” kata Jokowi di Kantor Kementerian Pertahanan.
Jokowi pun menyebut kunjungan Prabowo ke pelbagai negara untuk melihat alat utama sistem pertahanan atau alutsista yang akan dibeli Indonesia. Hal ini sudah sesuai diskusi mereka terkait langkah memastikan alutsista Indonesia baik.
“Kalau ada yang bertanya belum ngerti urusan diplomasi pertahanan,” kata Jokowi.
Pembelaan Prabowo kepada Jokowi sebelum pernyataanya melalui akun Twitter pribadi kemarin, adalah pada 23 Februari. Saat itu Jokowi tengah disorot masyarakat karena tak kunjung menerapkan karantina wilayah atau lockdown untuk mencegah virus corona masuk ke Indonesia. Belum ada korban corona waktu itu.
Prabowo membela dengan menyatakan, “kami tidak mau otoriter. Banyak negara lain sangat keras. Indonesia ingin kesadaran, self protection harus kita laksanakan.” Selain itu karena kondisi setiap negara berbeda sehingga tak bisa diterapkan kebijakan sama.
(Baca: Jokowi Utamakan Stimulus Sektor Riil Karena Paling Terdampak Corona)