Curi Start Mudik pada Masa Pandemi, Belajar dari Kesalahan Italia

Pingit Aria
24 April 2020, 05:55
Sejumlah calon penumpang bersiap naik bus di area Terminal Jatijajar, Depok, Jawa Barat, Kamis (23/4/2020). Pemerintah memutuskan kebijakan larangan mudik Lebaran 2020 bagi masyarakat mulai berlaku Jumat (24/4) guna memutus mata rantai penyebaran COVID-19
ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/aww.
Sejumlah calon penumpang bersiap naik bus di area Terminal Jatijajar, Depok, Jawa Barat, Kamis (23/4/2020). Pemerintah memutuskan kebijakan larangan mudik Lebaran 2020 bagi masyarakat mulai berlaku Jumat (24/4) guna memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Gelombang keberangkatan pemudik juga terpantau di Bandara Halim Perdanakusuma. Dilansir Kumparan, antrean penumpang di pintu masuk ruang tunggu bandara yang berada di Jakarta Timur tersebut mencapai 100 meter. Di sana, penumpang tetap diwajibkan untuk menjaga jarak, dan petugas akan melakukan pemeriksaan suhu tubuh.

Pemudik juga terpantau di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Kepala terminal Kampung Rambutan Made Joni mencatat, setidaknya 400 pemudik yang menuju ke Jawa Barat dan Jawa Tengah pada Rabu (22/4) siang. “Untuk penumpang masih relatif. Belum ada lonjakan penumpang yang terlalu berarti mengingat di tanggal 24 ada larangan mudik,” katanya.

Sementara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta Utara, jumlah penumpang naik hingga 30% dibandingkan hari biasa pada Rabu-Kamis, 22-23 April 2020. Para penumpang itu didominasi oleh pemudik asal Madura, Jawa Timur. Petugas mewajibkan mereka menjaga jarak dan mengenakan masker selama perjalanan.

Begitu juga di Terminal Pulogebang, Jakarta Timur. “Kalau saat pandemi biasanya hanya 400-500 orang penumpang per hari. Sekarang ada 840 orang yang berangkat,” kata Kepala Satuan Pelaksana Tugas (Kasatpel) Operasional dan Kemitraan Terminal Terpadu Pulogebang, Afif Muhroji, Kamis (23/4).

Belajar dari Italia

Apa yang dilakukan para pemudik Jakarta mengingatkan pada fenomena eksodus di Italia menjelang penguncian sebagian wilayahnya bulan lalu. Pada awal pandemi, kasus Covid-19 memang lebih banyak terjadi di wilayah Italia bagian utara, terutama Kota Lombardy.

Dilansir LA Times, pemerintah Italia semula berencana untuk memberlakukan lockdown di wilayah tersebut sejak Senin (9/3). Namun, beberapa media membocorkan rencana itu pada Sabtu (7/3) sore.

Warga yang panik dan menolak karantina kemudian ramai-ramai meninggalkan wilayah tersebut. Terminal dan bandara mendadak dipenuhi warga. Arus keluar lalu lintas meninggalkan 14 provinsi yang tersentuh karantina pun penuh kendaraan.

(Baca: Mengenali Tiga Tipe Mutasi Covid-19 yang Berbeda di Berbagai Negara)

Melihat besarnya gelombang eksodus tersebut, pemerintah Italia kemudian memberlakukan lockdown di seluruh negeri mulai 10 Maret 2020. Bagaimanapun, virus corona yang berasal dari Wuhan, Tiongkok itu terlanjur menyebar. Italia mencatatkan lonjakan pasien Covid-19 sepekan setelah terjadinya eksodus.

Kejadian tersebut pun disinggung kembali oleh Duta Besar Indonesia di Italia, Esti Andayani pada Selasa (21/4) lalu. “Semoga ini juga menjadi pelajaran kita di Indonesia, sekali lagi tinggalah di rumah, kita bisa berkarya dari rumah, semua untuk kebaikan kita,” katanya, dilansir dari Liputan6.

Reporter: Nobertus Mario Baskoro

Halaman:
Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...