SKK Migas Minta Pertamina Laporkan Rencana IPO Subholding Hulu

Image title
20 Juni 2020, 10:10
Pertamina, bursa, saham, skk migas
Donang Wahyu|KATADATA
Ilustrasi, kantor pusat Pertamina, Jakarta. Pertamina mendorong subholding hulu melantai di bursa saham. Meski begitu, rencana tersebut belum dibahas dengan SKK Migas.

Lebih lanjut, Ari mengatakan, aset Pertamina di luar negeri tidak bernilai tinggi. Dia menyebut aset Pertamina di Aljazair dan Malaysia hanya 40% dari harga akuisisi.

Selain itu, Pertamina tidak seperti Petronas, Petrobras, atau Aramco yang diberikan kuasa untuk mengelola seluruh cadangan migas di negaranya. Sehingga nilai IPO perusahaan tersebut cukup tinggi.

Pertamina juga memiliki liabilitas lebih dari US$ 10 miliar dari hasil global bonds di masa lalu. Hal itu membuat perusahaan harus mengagunkan seluruh pendapat perusahaan.

"Apa bisa IPO tanpa consent mereka? Tidak bisa, mereka justru akan setuju kalau proceed-nya buat beli balik bonds Pertamina itu. Akhirnya kita tidak dapat apa apa. Lebih baik Pertamina mencari strategic partner untuk masing-masing lapangan migas," kata dia.

(Baca: Bos Pertamina akan Prioritaskan Subholding Hulu IPO Lebih Dulu)

Sebelumnya, Pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai langkah subholding Pertamina melantai di bursa saham sudah tepat. Pasalnya, IPO membantu perusahaan mendapatkan pendanaan.

Tambahan modal itu bisa digunakan untuk mengembangkan potensi bisnis di sektor hulu. Lagi pula, IPO dalam dunia usaha merupakan hal lumrah.

"Sepanjang saham mayoritas masih di negara, lebih banyak positifnya," kata Pri Agung kepada Katadata.co.id, Selasa (16/6).

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya seperti PT Telkom, PT Antam, PTBA, dan PT Perusahaan Negara (PGN) juga sudah IPO. "Banyak kok BUMN migas luar negeri yang melantai di bursa saham, seperti Petrobras, Petronas, YPF SA, Statoil, dan Saudi Aramco," kata dia.

IPO subholding hulu Pertamina dinilai bisa berdampak positif dalam meningkatkan tata kelola perusahaan karena menjadi perusahaan terbuka. Di satu sisi, menurutnya, sektor hulu Pertamina memang membutuhkan fondasi yang kuat untuk investasi.

Langkah itu pun dinilai sejalan dengan visi Pertamina untuk menjadi pemain kelas internasional. Namun, langkah tersebut harus dijalankan dengan tata kelola perusahaan yang baik.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai IPO merupakan strategi perusahaan untuk ekspansi. Langkah itu mengindikasikan perusahaan sedang berkembang dan memerlukan dukungan anggaran yang cukup besar.

"Namun, saya paham ini tidak mudah bagi internal Pertamina yang selama ini relatif nyaman dengan 100% dimiliki pemerintah," kata dia.

(Baca: Pertamina: Restrukturisasi Sektor Hulu Tak Ganggu Operasi Blok Migas)

Halaman:
Reporter: Febrina Ratna Iskana, Muchamad Nafi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...