Prabowo Kembali Pimpin Gerindra, Bagaimana Kans di Ring Pilpres 2024?

Ameidyo Daud Nasution
11 Agustus 2020, 12:36
prabowo, gerindra, politik
Antara
Prabowo Subianto saat memimpin KLB Partai gerindra hari Sabtu (8/8). Prabowo terpilih lagi sebagai Ketum Gerindra sampai 2025. (foto: Antara).

Wakil Sekjen Gerindra Andre Rosiade menepis motif politik dari kehadiran Jokowi dan Mega dalam KLB Gerindra. Dia mengatakan kehadiran keduanya dalam hal ini terkait kapasitas mereka sebagai Presiden dan mantan Presiden RI.

“Hubungan Pak Prabowo dan bu Mega baik. Kepulangan Pak Prabowo itu juga karena almarhum Pak Taufiq Kiemas, suami Bu Mega,” kata Andre.

Baik Rully maupun Arif mengatakan munculnya Jokowi dan Megawati ini merupakan bagian dari merajut jalinan koalisi usai kedua partai berseberangan arah beberapa tahun terakhir. Kongsi ini juga memiliki sasaran jangka pendek yakni Pemilihan Kepala Daerah tahun 2020.

Baik Gerindra maupun PDI Perjuangan sepakat berkoalisi di sejumlah Pilkada seperti Tangerang Selatan, Depok, Solo, hingga Medan. “Jangka pendeknya adalah Pilkada, baru ke pemilihan legislatif dan Pilpres,” kata Rully.

Prabowo beberapa waktu lalu menyebut meski kerja sama dengan partai lain terbuka, namun kongsi dengan partai banteng merupakan salah satu yang terbanyak dalam Pilkada 2020. Bahkan dia hadir langsung memberikan rekomendasi kader PDIP yakni Muhammad untuk berpasangan dengan keponakannya yakni Rahayu Saraswati Djojohadikusumo di Pilkada Tangsel.

"Kami memilih kader terbaik untuk berbakti kepada rakyat di tingkat kota. Ini eksekutif yang langsung dipilih," kata Prabowo akhir Juli lalu.

Namun potensi konflik kedua partai diperkirakan akan muncul dalam Pilkada di daerah yang memiliki reputasi mentereng seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur dua tahun lagi. “Bukan tidak mungkin akan ada friksi lagi sebagai pemanasan (2024),” kata Arif.

Sistem Partai Tradisional

Meski demikian, terpilihnya Prabowo memimpin kembali Gerindra mencerminkan masalah yang jamak terjadi di hampir seluruh parpol di Indonesia. Arif menjelaskan partai saat ini masih dikelola secara tradisional dengan memusatkan kekuasaan berbasis ketokohan yang sangat kuat.

Selain itu hal ini menandakan otonomi organisasi partai tidak berbasis prosedur namun kepentingan lingkaran elit. Masalah lainnya adalah kondisi tersebut menandakan partai sebagai mesin politik sebenarnya tak mengakar kuat di tingkat masyarakat. “Ini yang kemudian berimbas kepada sulitnya mencari kader karena basisnya massa,” kata Arif.

Dia menjelaskan praktis baru dua partai yang memiliki kelembagaan politik lebih baik yakni Golkar dan Partai keadilan Sejahtera (PKS). Kedua partai tersebut tidak pernah didominasi sosok tertentu sehingga memudahkan munculnya kader mumpuni.

“Sulit membandingkan jika PDIP tanpa Megawati, Surya Paloh di Nasdem, dan Prabowo di Gerindra jika tidak menjabat,” kata Arif.

Namun Andre mengatakan dukungan kepada Prabowo sudah disampaikan pengurus DPC dan akar rumput partai pada Februari lalu. Selain itu tak ada nama lain yang diusulkan daerah sehingga Prabowo menjadi calon tunggal.

“Di rapat pimpinan daerah, 34 DPD sudah kirim surat untuk mendukung pak Prabowo kembali jadi Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina,” kata Andre.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...