Satgas Covid-19 Larang Pembukaan Sekolah di Zona Oranye dan Merah
Meski demikian, proses pembelajaran jarak jauh memiliki sejumlah kendala dan tantangan, pasalnya tak seluruh satuan pendidikan di Indonesia memiliki akses listrik, apalagi internet. Sehingga banyak peserta didik yang terhambat untuk melakukan kegiatan belajar dari rumah.
Sekolah Dasar (SD) merupakan satuan pendidikan yang paling banyak di Indonesia. SD yang tak memiliki akses listrik juga paling banyak. Setidaknya terdapat 6.604 dari 116.783 SD yang tak memiliki fasilitas listrik.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) menyusul dengan 817 dan 86 satuan pendidikan tanpa akses listrik.
Secara keseluruhan terdapat 179.097 satuan pendidikan yang mempunyai akses listrik dan internet. Sebanyak 33.227 satuan pendidikan mempunyai listrik, namun tak tersentuh internet. Sisanya, yakni 7.552 satuan pendidikan tak tersentuh listrik, apalagi internet.
Sekadar informasi, sejumlah wilayah di zona oranye dan merah sudah berencana mengadakan kembali pembelajaran tatap muka. Salah duanya yakni Surabaya, Jawa Timur dan Bekasi, Jawa Barat.
Pemerintah Kota Surabaya ingin mengadakan kembali pembelajaran tatap muka di tingkat SMP lantaran menganggap zonasinya sudah hijau. Padahal berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, Surabaya masih berada di zona oranye pada saat ini.
Sementara, Pemerintah Kota Bekasi sempat mempersilakan sekolah di wilayahnya untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Padahal, Bekasi masih berada di zona oranye hingga saat ini.
Ada enam sekolah di Bekasi yang sudah menjadi percontohan untuk simulasi pembelajaran tatap muka, yakni SMPN 2 Kota Bekasi, SMP Victory Plus, SMP Nassa, SDN Pekayonjaya VI, SD Negeri Jaticempaka VI, dan SD Al Azhar VI. Hanya saja, simulasi di enam sekolah tersebut telah dihentikan pada Kamis (6/8).
