Pemerintah Minta Jatah Rapid Test Antigen dari WHO

Pingit Aria
2 Oktober 2020, 10:26
Petugas kesehatan mengambil sampel darah salah satu jurnalis Antara pada rapid test massal bagi karyawan LKBN ANTARA di Laboratorium Kimia Farma Palembang, Sumsel, Rabu (30/9/2020). Rapid test yang diselenggarakan serentak di seluruh biro LKBN Antara se-
ANTARA FOTO/Feny Selly/aww.
Petugas kesehatan mengambil sampel darah salah satu jurnalis Antara pada rapid test massal bagi karyawan LKBN ANTARA di Laboratorium Kimia Farma Palembang, Sumsel, Rabu (30/9/2020). Rapid test yang diselenggarakan serentak di seluruh biro LKBN Antara se-Indonesia iini dilakukan sebagai bentuk pencegahan dan antisipasi penyebaran COVID-19 di jajaran LKBN ANTARA.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menjelaskan perbedaan rapid test antibodi dan antigen.

Yang pertama adalah jenis sampel yang diambil. Rapid test antibodi memeriksa keberadaan antibodi pada darah. Antibodi adalah bagian dari sistem kekebalan yang muncul saat tubuh terinfeksi virus.

Sedangkan, rapid test antigen dilakukan dengan mengambil lendir melalui swab atau mengusap rongga hidung dan tenggorokan. Ini merupakan tes diagnostik cepat Covid-19 yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antigen virus corona pada sampel lendir di saluran pernapasan. Antigen akan terdeteksi ketika virus aktif bereplikasi.

Dari segi efektivitas, menurut Dicky, tes cepat antigen lebih efektif dibandingkan rapid test antibodi. Sedangkan, harganya lebih murah ketimbang metode swab test yang biasa dilakukan sebelumnya. "Antigen ini bisa mengganti tes PCR yang terbatas di daerah, harganya juga murah, cepat hasilnya," tutur Dicky. 

Tetap Jalankan Protokol Kesehatan

Satgas Penanganan Covid-19 kembali mengingatkan masyarakat untuk patuh dan disiplin menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Karena, kunci utama memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 adalah menerapkan 3M, memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyebut kepatuhan terhadap protokol kesehatan secara dapat lebih efektif mencegah penularan jika dilakukan secara kolektif. "Kalau kita sudah patuh pada protokol kesehatan, jangan lupa mengingatkan orang lain untuk patuh pada protokol kesehatan," ujarnya.

Wiku menunjukkan bahwa beberapa jurnal internasional menyatakan bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan risiko penularan sebesar 35%. Sedangkan memakai masker kain dapat menurunkan risiko penularan sebesar 45%, dan masker bedah dapat menurunkan risiko penularan hingga 70%. Yang paling utama, menjaga jarak minimal 1 meter dapat menurunkan risiko penularan sampai dengan 85%.

Ia menyatakan, masyarakat harus yakin bahwa setiap usaha yang dilakukan  saat ini, akan membuahkan hasil. "Asalkan konsisten dan kolektif melakukan perubahan perilaku menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin dan dilakukan secara sungguh-sungguh," tuturnya.

Halaman:

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...