Magnet Wisata Kalibiru, Mengelola Alam Jadi Berkah

Fitria Nurhayati
Oleh Fitria Nurhayati - Tim Riset dan Publikasi
20 Oktober 2020, 10:32
Wisatawan menikmati hamparan perbukitan Menoreh yang hijau dan Waduk Sermo yang tenang
dok. Manajemen Wisata Kalibiru
Wisatawan menikmati hamparan perbukitan Menoreh yang hijau dan Waduk Sermo yang tenang
Tabel Pengunjung Meningkat

Sumber: Laporan Tahunan HKm Mandiri

Bertambahnya jumlah wisatawan, berimplikasi pada bertambahnya pekerja yang terlibat. Pengurus HKm merekrut penduduk setempat yang tidak punya pekerjaan. Sekarang sudah 99 persen masyarakat terlibat. “Ada juga yang dulunya kerja di kota-kota besar bahkan luar negeri, sekarang bekerja di sini. Ini mengurangi urbanisasi,” ujar Sis sambil tertawa bahagia.

Selain pengurus lokasi wisata, masyarakat lain di Kalibiru maupun luar Kalibiru pun mendapatkan berkahnya.  Masyarakat membuka warung, menyediakan jasa parkir, penginapan, juga jasa mobil jeep.

Penghasilan anggota saat awal dibukanya wisata Kalibiru per bulannya hanya Rp200-300 ribu. Pasca 2014, pendapatan kelompok rata-rata per bulannya mencapai Rp600 juta. Pada bulan-bulan tertentu penghasilan bisa mencapai Rp1 miliar.

Menurut Sis, penghasilan anggota bisa mencukupi kebutuhan hidup. Hal itu terlihat dari rumah warga yang sudah lebih layak, ditambah kepemilikan kendaraan pribadi. “Kehidupan masyarakat sudah jauh lebih baik,” ujarnya.

Selain keuntungan ekonomi yang didapat perseorangan dan kelompok, dan dikurangi biaya operasional wisata, laba dari wisata Kalibiru juga dipergunakan untuk aksi sosial.

Bangunan fisik hasil dari wisata Kalibiru berupa PAUD, masjid, ambil bagian dalam program bedah rumah, serta pengecoran jalan. Bentuk lainnya ada santunan anak yatim, santunan bagi fakir miskin, kegiatan masjid, juga bantuan dana untuk kelompok tani lainnya.

HKm Mandiri ingin kegiatan Perhutanan Sosial ini ada buktinya di masyarakat agar kegiatan ini juga berimbas dalam jangka panjang. “Memudahkan akses berkegiatan masyarakat dan membantu masyarakat bisa hidup layak,” kata Sis.

Berjibaku dengan Tantangan Baru

Sebagaimana layaknya sebuah usaha, wisata Kalibiru mengalami pasang surut. Jumlah pelancong berkurang sampai 50 persen dibanding 2017. Tanjung dari Yayasan Damar menuturkan, wisata Kalibiru menghadapi tantangan karena munculnya objek wisata serupa di sekitar desa. “Orang cenderung penasaran melihat tempat baru. Bisa jadi, itu salah satu penyebab berkurangnya wisatawan Kalibiru,” katanya.

Lokasi wisata alam di sekitar Kalibiru tersebut, menurut Sis, memiliki investor sehingga mereka tidak harus berjibaku dengan pendanaan untuk operasional. Namun Sis optimistis, dengan guyub rukun dan manajemen wisata yang terus diperbaiki, Kalibiru bisa bertahan.  

“Sejak 2014 kami terus memperbaiki dan memperbarui Kalibiru dengan dana yang diputar dari wisatawan yang datang,” katanya seraya  menambahkan HKm Mandiri ingin memberi yang terbaik bagi pengunjung

Sis mengakui, apabila tidak didukung berbagai pihak, Kalibiru juga tidak akan jadi sesukses ini. Secara kelembagaan, Kalibiru sudah tidak didampingi LSM mana pun, tapi komunikasi dan hubungan baik tetap berlanjut. “Saat kami butuh bantuan, mereka datang dan siap membantu. Berbagi ide supaya Kalibiru terus maju,” kata Sis.  

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...