Istana Pastikan Cuti Bersama Bakal Dipotong Sesuai Arahan Jokowi

Rizky Alika
1 Desember 2020, 17:05
Presiden Joko Widodo (kiri) mendengarkan paparan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Whisnutama (kanan) saat mengunjungi lokasi wisata dengan konsep "one stop tourism" di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (25/6/2020). Presiden Jokowi mengecek persiapan
ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/aww.
Presiden Joko Widodo (kiri) mendengarkan paparan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Whisnutama (kanan) saat mengunjungi lokasi wisata dengan konsep "one stop tourism" di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (25/6/2020). Presiden Jokowi mengecek persiapan pariwisata berkonsep "one stop turism" sebagai langkah penerapan tatanan normal baru.

Di sisi lain, libur yang terlalu lama dinilai tidak baik bagi perusahaan tertentu lantaran mesin produksi harus beroperasi selama 24 jam. "Jadi bagus kalau cuti bersama dikurangi," kata Johnny saat dihubungi Katadata, Selasa (24/11).

Johnny pun menilai, Indonesia termasuk negara yang paling banyak memiliki hari libur nasional maupun keagamaan. Padahal, peningkatan produktivitas dapat dilakukan bila jam kerja di dalam negeri tidak lebih rendah dibandingkan negara lainnya.

Tak hanya itu, jam kerja yang lebih banyak dinilai dapat membantu pengusaha untuk mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain. Johnny juga khawatir aktivitas manufaktur akan kembali menurun lantaran hari kerja yang lebih sedikit pada bulan Desember.

Apalagi menurutnya, kegiatan ekonomi kembali pulih sepanjang Agustus hingga November ini. Ia memastikan, secara umum perubahan jumlah cuti bersama ini tidak akan mengganggu rencana kerja swasta.

"Kalau ada pengusaha yang melakukan perencanaan setahun, perubahan dadakan menjadi tidak mudah. Tapi lebih baik dikurangi liburnya daripada tidak," kata mantan Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor tersebut.

Harapan berbeda akan libur panjang di akhir tahun datang dari para pelaku usaha wisata. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, wisatawan domestik umumnya akan meningkat saat libur Lebaran, libur sekolah, serta libur Natal dan tahun baru.

"Jadi harapan kami bisa jadi pupus. Masuk Januari sudah low season lagi," kata Maulana saat dihubungi Katadata, Kamis (26/11).

Menurutnya, okupansi hotel selama sembilan bulan belakangan sudah rendah. Dia khawatir jika cuti bersama dipangkas, kondisi ini akan berlanjut hingga Januari bahkan April 2021.

Oleh karena itu, ia khawatir pengusaha hotel yang dapat bertahan selama pandemi ini jumlahnya tidak besar. Maulana pun menyebutkan, lonjakan okupansi kerap terjadi saat libur panjang.

Bercermin pada libur panjang saat Agustus dan Oktober lalu, okupansi hotel mengalami peningkatan sebesar 5% dari rata-rata tingkat keterisian. Meski demikian, pengusaha menganggap kenaikan tersebut dinilai kecil. 

Sebagai perbandingan, sepanjang 2019 lalu, tingkat okupansi hotel yang paling rendah hanya sebesar 40%. "Itu pun hanya berlangsung satu bulan," ujar Maulana.

Dengan kondisi tersebut, dia khawatir Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan dapat kembali meningkat. Hal ini disebabkan karena rendahnya okupansi yang berlangsung dalam jangka waktu lama.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...