LSM Lingkungan Sebut Banjir Kalimantan Selatan Akibat Perubahan Iklim

Rizky Alika
29 Januari 2021, 15:28
Foto udara kondisi sebuah desa yang luluh lantak akibat banjir bandang di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Minggu (24/1/2021). Berdasarkan data terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan pada Mingg
ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/foc.
Foto udara kondisi sebuah desa yang luluh lantak akibat banjir bandang di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Minggu (24/1/2021). Berdasarkan data terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan pada Minggu (24/1/2021), bencana alam banjir di 11 Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan mengakibatan sebanyak 113.420 warga mengungsi serta berdampak pada 628 sekolah, 609 tempat ibadah, 75 jembatan, 99.258 rumah dan 46.235 hektare lahan sawah.

Dari total 16 juta hektare tersebut, Walhi menilai masih banyak lahan sawit yang belum memiliki izin karena rendahnya pemantauan oleh pemerintah dalam pemberian izin. Kondisi itu pula dimanfaatkan oleh pengusaha untuk melakukan aktivitas ilegal.

Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Arie Rompas mengatakan, bencana banjir di Kalimantan Selatan terjadi akibat adanya deforestasi hutan untuk pemanfaatan komoditas kayu, kayu alam, sawit, dan pembangunan tambang batu bara. "Itu yang menghancurkan hutan Kalimantan," ujar dia.

Sebagaimana diketahui, wilayah banjir terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito dan DAS Maluka. Greenpeace mencatat, luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito mencapai 6,2 juta hektare, namun tutupan hutannya hanya 3,5 juta.

Sementara, luas DAS Makuka berkisar 88 ribu hektare, namun tutupan hutannya hanya 854 hektare. "Jadi sudah kritis sekali," ujar dia.

Selain itu, sekitar wilayah DAS Barito juga menjadi area kebakaran hutan yang terjadi secar berulang pada 2015-2019. "Jadi bencana bukan hanya banjir tp dalam 5 thn terakhir, kebakaran hutan terjadi," ujar dia.

Ia pun menyayangkan pernyataan Jokowi yang menyatakan banjir terjadi akibat curah hujan tinggi. Sikap pemerintah tersebut dinilai turut membentuk pola pikir masyarakat yang abai terhadap perubahan iklim. Sementara, salah satu penyebab perubahan iklim adalah pembabatan hutan yang mengakibatkan berkurangnya serapan air hujan.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...