Mewaspadai Lonjakan Corona dari Libur dan Makin Longgarnya PPKM

Rizky Alika
10 Maret 2021, 06:00
ppkm, virus corona, covid-19
123RF.com/lightwise
Pemerintah mulai melonggarkan beberapa kegiatan dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan masyarakat (PPKM) hingga 22 Maret mendatang. Namun ahli mengingatkan adanya risiko penularan jika relaksasi tak dibarengi pengawasan.

Kasus Covid-19 Berpotensi Melonjak

Meski demikian, beberapa kali kasus harian Covid-19 meningkat usai libur panjang. Hal ini tercermin dari pengalaman saat libur lebaran Idul Fitri (22 - 25 Mei 2020) dan HUT-RI (17, 20, 21, 22, 23 Agustus 2020).

Saat Idul Fitri, jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan naik sekitar 69 sampai 93 persen dengan rentang waktu 10 - 14 hari. Lalu saat libur HUT RI, kenaikan jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan melonjak 58 hingga 118 persen pada pekan ketiga

Ahli juga mengingatkan potensi meningkatnya Covid-19 jika pemerintah dan masyarakat lengah. Epidemiolog dari Universitas Airlangga Laura Navika Yamani mengatakan jika protokol kesehatan tak dijalankan, peningkatan kasus virus corona bisa terjadi.

Apalagi Indonesia belum bisa disebut berhasil mengendalikan penularan corona lantaran kasus belum menurun signifikan.  "Kalau tambahan kasus 1.000 orang per hari, baru anggap bisa kendalikan kasus karena puncaknya sudah tercapai," ujar dia.

Pemerintah memang telah memotong cuti bersama pada Jumat (12/3) demi mencegah perjalanan warga. Namun Laura mengingatkan potensi peningkatan mobilitas masih bisa terjadi meski libur bersama dipangkas.

Ini lantaran pekerja bisa saja mengajukan cuti atau berpergian saat tidak ada kewajiban bekerja dari kantor. Ia pun menilai, relaksasi PPKM di tempat hiburan dan fasilitas umum kurang tepat dilakukan saat ini. "Boleh dilakukan, tapi jangan ambil momentum ketika ada tanggal merah," kata Laura.

Apalagi masyarakat dan pengelola tempat wisata berpotensi melanggar batas kuota yang ditetapkan. Hal ini bisa terjadi terutama bila wisatawan menempuh jarak perjalanan yang jauh untuk mencapai daerah wisata.

Sedangkan Ikatan Dokter Indonesia mengatakan makan di restoran saat ini masih menjadi salah satu risiko penularan Covid-19. Apalagi saat ini muncul varian baru Covid-19 yakni B.1.1.7 yang penyebarannya lebih cepat.

Oleh sebab itu mereka menyarankan masyarakat memanfaatkan layanan pesan antar sebagai alternatif maskan di restoran. “Karena kita makan minimal dengan keluarga yang bisa kita yakini kesehatan dan protokol kesehatannya,” kata Ketua Tim Pedoman & Protokol dari Tim Mitigasi PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr dr Eka Ginanjar.

Dalam penelitian yang dilakukan Zhou, et Al (2020) menyebutkan pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 20 persen dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 33 persen. Selain itu kurangnya pergerakan penduduk bisa menunda kemunculan puncak kasus selama 2 minggu.

Adapun, data Google Mobility Report menunjukkan tren mobilitas masyarakat Indonesia ke restoran, tempat kerja, transportasi umum, taman, hingga tempat rekreasi pada 5 Maret mengalami penurunan. Namun, tren mobilitas di daerah tempat tinggal penduduk naik enam persen.

Makanya Laura meminta pemerintah tak lepas tangan demi mencegah bahaya SARS-CoV-2 ini meningkat. “Jadi di mana ada relaksasi, di situ ada pengawasan,” katanya.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...