Hari Film Nasional: Remuknya Bisnis Bioskop Pasca-Setahun Pandemi

Cahya Puteri Abdi Rabbi
30 Maret 2021, 20:47
Pengunjung menonton film di Cinema XXI Garut, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (12/12/2020). Pemerintah Kabupaten Garut mengizinkan bioskop kembali beroperasi dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19.
ANTARA FOTO/Candra Yanuarsyah/agr/hp.
Pengunjung menonton film di Cinema XXI Garut, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (12/12/2020).

Bisnis Bioskop Merugi Rp 150 juta per Bulan

Dengan kunjungan penonton yang masih rendah, dua perusahaan pemilik jaringan bioskop terbesar di Indonesia, Cinema XXI dan CGV, pun terus membukukan kerugian yang sangat besar. “Dua-duanya rugi, tidak ada yang untung. Kerugian bisa mencapai 150 juta/bulan,” katanya.

PT Graha Layar Prima Tbk, pengelola jaringan bioskop CGV melaporkan hingga kuartal III 2020 penjualan turun hingga 77,2% dari Rp 1,03 triliun pada periode yang sama 2019 menjadi hanya Rp 234,49 miliar. Alhasil perusahaan pun merugi hingga Rp 303,04 miliar dari sebelumnya laba sebesar Rp 54,62 miliar.

CGV tercatat sudah mulai mengoperasikan kembali bioskop-bioskopnya sejak Oktober 2020, mulai di kota Bandung, kemudian menyusul beberapa daerah lainnya di Indonesia secara bertahap dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Protokol tersebut di antaranya staf dan penonton wajib memakai masker di seluruh area bioskop, pengecekan suhu tubuh, sistem pelacakan pengunjung dengan QR Code dan secara manual, mengurangi kapasitas pengunjung, pembersihan tempat duduk sebelum dan sesudah penayangan film.

Kemudian menyediakan gel pembersih tangan (hand sanitizer), transaksi pembayaran tiket dan makanan digital (cash free), serta makan dan minum hanya diperbolehkan di ruang bioskop namun masker wajib dikenakan kembali.

Menurut Djonny, daya beli masyarakat masih rendah karena beberapa mengalami kesulitan ekonomi selama pandemi. Oleh karena itu GPBSI berharap adanya bantuan dari pemerintah seperti keringanan biaya listrik.

“Kalau bisa pemerintah bantu untuk listrik, karena biaya operasional bioskop paling besar di listrik, hampir 60%. Belum lagi biaya sewa mal yang mahal, jadi dengan keringanan biaya ini saya yakin bisa membantu bioskop bangkit secara perlahan,” katanya.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...