Sosok Adi Utarini, Orang Berpengaruh Dunia yang Disanjung Chatib Basri

Intan Nirmala Sari
17 September 2021, 21:42
Adi Utarini, Daftar Orang Berpengaruh, Majalah Time
Katadata/Instagram

Peneliti EDP Yogyakarta telah menyebarkan ribuan ember berisi telur nyamuk tersebut di kawasan pemukiman Yogyakarta sejak 2014. Tentu bukan telur nyamuk biasa. Dari telur-telur ini nantinya akan lahir nyamuk-nyamuk yang memiliki bakteri wolbachia dalam tubuhnya.

Berbekal dari studi ini, para peneliti EDP mengembangbiakkan nyamuk ber-wolbachia. Nyamuk-nyamuk tersebut kemudian dilepaskan ke lingkungan sekitar agar bisa menghabisi nyamuk aedes aegypti yang menjadi vektor demam berdarah. Pelepasan nyamuk dilakukan dengan meletakkan ember-ember berisi telur nyamuk di titik-titik pemukiman. Tidak kurang dari 12.000 ember telah tersebar di 40% wilayah Kota Yogyakarta dan sebagian Kabupaten Bantul.

Mulai awal 2016, ribuan ember-ember telur nyamuk dibagikan ke sejumlah wilayah di Yogyakarta. Setiap ember bisa melingkupi wilayah seluas 50 meter persegi dan akan kembali diisi dengan telur-telur baru yang siap menetas menjadi nyamuk setiap minggu.

Seiring berjalannya waktu, pelepasan nyamuk ber-wolbachia skala luas mulai menunjukkan perkembangan positif. Kesadaran masyarakat untuk menyukseskan penelitian juga semakin tinggi. Bahkan di beberapa tempat masyarakat menyatakan ingin membeli ember penelitian tersebut.

Populasi nyamuk ber-wolbachia juga kian meningkat hingga mencapai ambang batas yang ditetapkan yakni 60%-80%. Jika dalam satu wilayah populasi nyamuk wolbachia sudah mencapai 80%, diyakini wilayah tersebut aman dari serangan demam berdarah.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
Sebuah kiriman dibagikan oleh Adi Utarini (@adiutarinimusik)

Proyek tersebut juga mendapatkan pendanaan dari Tahija Foundation Indonesia. Sejak dimulai pada 2011, pihak EDP sudah mengeluarkan biaya hingga US$9 juta dolar. Komponen terbesar datang dari sumber daya manusia dan pembelian teknologi.

Saat ini, penelitian wolbachia memang tidak hanya dilakukan di Indonesia. Sejumlah negara seperti Brasil, Vietnam, Kolombia, dan India juga tengah berjibaku dengan studi ini. Khusus di Amerika Latin, wolbachia yang dikembangkan diproyeksikan untuk menghambat virus Zika.

Wanita kelahiran 56 tahun lalu ini juga memimpin pengembangan kebijakan dan standar kualitas nasional di Indonesia, bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan di Direktorat Kualitas dan Akreditasi dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Jakarta.

Prof Uut kerap disebut sebagai pendiam tetapi persuasif oleh rekan-rekannya. Hobi peneliti ini adalah bersepeda dan bermain piano. Suami Utarini, Iwan Dripahasto juga pengajar di UGM. Iwan meninggal akibat Covid-19 pada Maret 2020.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...