Sebanyak 34,6 Juta Orang Berniat Bepergian Saat Libur Natal-Tahun Baru

Cahya Puteri Abdi Rabbi
5 November 2021, 14:01
Natal, Tahun Baru, Nataru, Libu
ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/nz
Pemudik sepeda motor memadati jalur perbatasan Karawang - Bekasi, Jawa Barat, Selasa (11/5/2021).Arus mudik diperkirakan meningkat menjelang Nataru.

Di sisi lain, untuk hasil survei wilayah Jabodetabek, menunjukkan potensi perjalanan orang pada masa libur Nataru sebanyak 13,5% atau sekitar 4,46 juta orang.

Alasan terbesar bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan lokal adalah  untuk berwisata.

 "Artinya akan terdapat pergerakan dalam wilayah aglomerasi yang cukup tinggi di Jabodetabek.. Diperkirakan puncak hari keberangkatan terjadi sebelum 17 Desember," tutur Djoko.

Survei pola perjalanan di masa libur Natal dan Tahun Baruini dilakukan 11-20 Oktober 2021, sementara survei sejenis tahun lalu dilaksanakan pada 29 November-11 Desember 2020.

Djoko mengingatkan masih ada perubahan pola berpikir masyarakat untuk melakukan pergerakan Nataru tahun ini.

Selain adanya beberapa perubahan kebijakan yang mendadak dengan persyarakatan agak melonggarkan, tentunya ada sebagian warga berkeinginan melakukan mobilitas.

Kendati jumlahnya cukup tinggi yakni 34,6 juta. Jumlah responden yang mengaku berniat bepergian selama Nataru tahun ini lebih kecil dibandingkan survei pada tahun lalu yakni 24%.

Sementara itu,  sebanyak 87% atau setara dengan 231,6 juta warga tidak akan melakukan perjalanan antarkota di akhir tahun.

 Djoko menjelaskan terdapat beberapa alasan mengapa warga memilih untuk tidak bepergian saat libur Nataru.

"Salah satunya karena anak-anak sekolah sudah mulai melaksanakan belajar tatap muka, menjadi pertimbangan untuk tidak memilih bepergian,” kata Djoko.

Selain itu, Djoko menyebut bahwa para pegawai atau pekerja sudah mulai aktif bekerja dan mendekati normal.

Kondisi ini menekan keinginan masyarakat untuk bepergian  atau untuk pulang kampung atau liburan pada Natal dan Tahun Baru karena dinilai akan menghabiskan banyak biaya.

Masyarakat lebih memilih memperbaiki perekonomian keluarga yang sempat terpuruk selama masa pengetatan kegiatan dan mobilitas karena berkurangnya pendapatan keluarga.

 "Alasan tidak melakukan perjalanan dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain perkiraan adanya gelombang ketiga Covid-19 di akhir tahun yang mempengaruhi minat masyarakat dalam melakukan perjalanan,” ujar dia.

Djoko menambahkan, faktor lain yang juga mempengaruhi keinginan masyarakat untuk bepergian adalah masih ketatnya persyaratan perjalanan yakni masa berlaku.

Juga, biaya tes swab PCR dan Antigen yang mengakibatkan adanya penambahan biaya perjalanan.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi
Editor: Maesaroh
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...