Duta Besar Ukraina Minta Dukungan Tegas Indonesia Melawan Rusia

Gabriel Wahyu Titiyoga
21 April 2022, 17:12
David W Cerny Seorang wanita menghadiri rapat umum menentang invasi Rusia ke Ukraina, dengan poster bertuliskan "Selamatkan Mariupol" dan tangannya terikat di belakang, di Praha, Republik Ceko, Rabu (20/4/2022).
ANTARA FOTO/REUTERS/David W Cerny/WSJ/sad.
David W Cerny Seorang wanita menghadiri rapat umum menentang invasi Rusia ke Ukraina, dengan poster bertuliskan "Selamatkan Mariupol" dan tangannya terikat di belakang, di Praha, Republik Ceko, Rabu (20/4/2022).

Agresi militer Rusia membuat negara itu mendapat tekanan global. Gelombang sanksi dan blokade finansial menghantam Rusia. Sejumlah anggota forum kerja sama ekonomi G20, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, menjatuhkan serangkaian sanksi kepada Rusia. Aset para pejabat tinggi Rusia, termasuk Presiden Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov beserta keluarganya, dibekukan. Ada 1091 individu dan 80 entitas Rusia masuk dalam daftar sanksi Uni Eropa.

Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada awal Maret lalu menerbitkan resolusi berisi kecaman terhadap Rusia dan meminta negara itu segera menarik pasukannya. Resolusi ini didukung oleh 141 dari 193 anggota PBB, termasuk Indonesia. Meski demikian, Indonesia memilih abstain dalam voting untuk menangguhkan keanggotaan Rusia di Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada 7 April lalu.

Serangan militer Rusia, menurut Hamianin, telah menyebabkan bencana kemanusiaan di Ukraina. Ribuan penduduk Ukraina tewas dalam agresi Rusia yang melibatkan pengerahan tentara, kendaraan lapis baja, dan serbuan roket-roket yang ke berbagai kota. "Tentara Rusia juga melakukan kejahatan perang dengan menyiksa, memperkosa, hingga membunuh penduduk Ukraina," ujar Hamianin.

Beberapa kota di Ukraina seperti Mariupol, Bucha, dan Volnovakha sudah hancur lebur dihantam roket-roket Rusia. Lebih dari dua juta penduduk Ukraina juga terpaksa mengungsi ke beberapa negara tetangga seperti Polandia, Slovakia, dan Moldova.

Hamianin mengatakan janji Rusia mengenai pembukaan koridor kemanusiaan untuk jalur pengungsi dan distribusi bantuan kemanusiaan juga tidak dapat dipercaya. Pasalnya, koridor yang dibuka justru diarahkan ke wilayah Rusia bukan ke Ukraina. Akibatnya, banyak penduduk Ukraina, termasuk anak-anak, yang akhirnya dinyatakan hilang di jalur itu. "Ribuan orang Ukraina digiring tentara Rusia di jalur itu, sampai sekarang kami tak tahu di mana mereka berada," ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...