Tingkatkan Literasi Digital Melalui Pemerataan 5G

Sahistya Dhanesworo
Oleh Sahistya Dhanesworo - Tim Riset dan Publikasi
18 Mei 2022, 11:18
Pemerataan akses dan kualitas jaringan 5G dapat mendukung rencana pemerintah untuk meningkatkan literasi digital masyarakat.
Katadata

Adapun, pemeratan akses internet 5G dan literasi digital merupakan dua hal yang saling bertalian. 

Pada satu sisi, pemerataan akses dan kualitas internet dapat mendukung rencana pemerintah untuk meningkatkan literasi digital masyarakat. Dengan meratanya akses dan koneksi internet, edukasi masyarakat dapat berjalan lebih cepat dan mudah. Kondisi ini juga mendorong masyarakat untuk beradaptasi dengan penggunaan teknologi sebagai penunjang aktivitas sehari-hari. Selain itu, cepatnya internet akan memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan melakukan kegiatan transaksi.

Pada sisi lain, literasi digital di kalangan masyarakat diperlukan demi meminimalisir dampak negatif penggunaan internet seperti cyberbullying, penyebaran hoax, doxxing, cybercrime, hingga eksploitasi seksual di dunia maya. 

Dalam hal literasi digital, Kominfo bersama Siberkreasi secara khusus memberikan pelatihan digital melalui Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi Kementerian Kominfo (GNLD) Siberkreasi. Empat pilar literasi digital yang ditekankan dalam pelatihan ini adalah digital skill, digital ethics, digital culture, dan digital safety.

Sementara itu terkait upaya pemerataan, Kominfo menargetkan layanan 5G akan merata di Indonesia pada 2025 mendatang. Oleh karena itu, Kominfo giat melakukan penataan spektrum atau refarming hingga membangun ekosistem 5G. 

Pada 2021, Kominfo melakukan refarming spektrum pita frekuensi 2,3 GHz. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan layanan 5G yang sudah digelar beberapa operator seluler di Tanah Air.

Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo Ismail, dilansir dari Katadata, mengatakan pemerataan 5G pada 2025 berkaca pada implementasi layanan sinyal 4G yang membutuhkan waktu enam hingga tujuh tahun untuk dapat beroperasi optimal di Indonesia.

Lebih lanjut, Ismail mengatakan bahwa penyediaan sinyal 5G harus tepat waktu dan tepat sasaran. Apabila penyediaan sinyal 5G dilakukan terlalu cepat, Indonesia akan menanggung biaya pembelajaran dari teknologi 5G. Sebaliknya, bila terlalu lambat maka Indonesia hanya akan menjadi pasar di negeri sendiri.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...