Kesaksian Aremania Korban Selamat Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan

Aryo Widhy Wicaksono
2 Oktober 2022, 21:46
Kerusuhan di stadion Kanjuruhan Malang usai pertandingan sepak bola Antara vs Persebaya
Antara/Ari Bowo Sucipto
Kerusuhan di stadion Kanjuruhan Malang usai pertandingan sepak bola Antara vs Persebaya

Akan tetapi, begitu dia melihat ke gerbang keluar, tidak semua pintu dalam kondisi terbuka. Hanya satu pintu di tiap gerbang yang dibuka dan dapat diakses suporter untuk keluar dari stadion.

Aksi saling impit dan desak-desakan terjadi di pintu akses keluar. Apalagi saat itu stadion dalam kondisi penuh terisi oleh suporter.  "Jumlah Aremania yang begitu banyak untuk bisa menyelamatkan diri tidak mungkin bisa," ungkapnya.

Melihat kepadatan di pintu keluar tersebut, Dadang mengurungkan niatnya dan memilih berdiam diri di tribun. Sedangkan Aremania lainnya mencoba menghindari kerumunan dengan turun ke lapangan dan mencoba mencari pintu keluar lainnya.
Kerusuhan di stadion Kanjuruhan Malang usai pertandingan sepak bola Antara vs Persebaya
Kerusuhan di stadion Kanjuruhan Malang usai pertandingan sepak bola Antara vs Persebaya (Antara/Vicki Febrianto)

 

Tetapi bukannya mendapatkan pertolongan, begitu sampai di lapangan Dadang melihat beberapa rekannya sesama Aremania justru mendapatkan kekerasan dari aparat kepolisian. Mereka diminta kembali ke tribun.

"Penonton turun itu setelah penembakan gas air mata. Bukan untuk menyerang polisi atau tentara, mereka menyelamatkan diri dan itu masih dikejar," katanya.

Efek dari kekerasan tersebut yang menyulut kemarahan Aremania lainnya, apalagi setelah mereka menyaksikan teman dan sesama suporter tewas. Kelompok suporter klub kebanggaan asal Malang itu lantas merusak dan membakar truk milik polisi, mobil patroli pengawal, serta mobil K-9 kepolisian.

Dadang sendiri berhasil selamat karena bergeming di tribun selatan, dan mengurangi efek gas air mata dengan cara menutupi wajah menggunakan kaosnya. "Setelah kondisi reda saya baru melompat pagar dan keluar melalui pintu 11," ucapnya.

"Setelah keluar saya melihat beberapa teman saya dalam kondisi lemas, sekarat, dan beberapa sudah tergeletak di depan pintu loket," ujar Dadang.

Ungkapan rasa kecewa Dadang sampaikan kepada aparat keamanan dan juga pengelola Stadion Kanjuruhan. Aparat keamanan yang ia nilai bereaksi berlebihan dan gagal menjaga rasa aman, serta pengelola stadion yang abai terhadap aspek keamanan suporter. "Tidak ada jalur evakuasi ketika ada bencana," terangnya.

Dadang juga meminta organisasi pengelola sepak bola di Indonesia untuk bertanggung jawab dan mau berbenah. Dia menilai salah satu alasan terjadinya kerusuhan adalah persoalan jadwal pertandingan yang terlalu malam, karena mengikuti waktu siar di televisi. "Hentikan kompetisi liga beberapa tahun ke depan, revolusi PSSI," pintanya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...