Rammang-Rammang: Jadi Jantung Perekonomian Masyarakat Kampung Berua

Patricia Yashinta Desy Abigail
20 Agustus 2023, 19:25
Infrastruktur Jalan di Rammang-Rammang
Katadata/Patricia Yashinta Desy Abigail
Infrastruktur Jalan di Rammang-Rammang

“Jadi ibu rumah tangga yang butuh sesuatu, misalnya kompor gas, nanti komunitas yang belikan. Harga kompor gas misalnya Rp 500.000, mereka nanti bayar dengan menyicil tapi tidak pakai uang,” tuturnya.

Ibu rumah tangga biasanya membuat ecobrick di rumah mereka dan dibawa kepada komunitas. “Kalau mereka bawa 100 botol, berarti Rp 100.000 utangnya yang sudah lunas. Dan tidak ada jatuh tempo kapan mereka harus melunasi cicilannya,” katanya.

Pupuk Guano

Selain itu, Naharuddin mengatakan ada kekayaan lain yang terdapat di Rammang-Rammang yaitu kotoran kelelawar yang berasal dari gua kelelawar di pegunungan Karst. Dia mengatakan kotoran kelelawar dapat menjadi pupuk yang bernama pupuk guano. Pupuk guano sangat bermanfaat bagi hasil pertanian masyarakat di sana.

“Kotoran kelelawar ini kami buat pupuk, kami kerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa atau Bumdes,” jelasnya.

Hadirnya pupuk ini, katanya, bukan untuk dikomersilkan atau dijual. Awal mula pupuk ini muncul karena keresahan masyarakat yang merasakan langkanya pupuk bersubsidi dari pemerintah. Untuk itu, salah satu komunitas di sana membuat solusi untuk membuat pupuk guano.

Jadi tujuan utama dari solusi tersebut, hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sana yang tidak terpenuhi kebutuhan pupuknya dari pemerintah.

“Ada sejumlah petani yang tidak tercatat dalam kelompok tani dan mereka tidak punya subsidi, lalu kami akhirnya memperkenalkan pupuk alami yaitu pupuk guano,” kata Naharuddin.

Alasan lainnya, komunitas memperkenalkan pupuk alami untuk mengedukasi masyarakat Desa Sanlerang dan mengubah pola bertani. Dia menceritakan sebagian dari mereka menggunakan pupuk kimia dan pestisida. Diharapkan setelah adanya edukasi dapat kembali ke pertanian organik.

Nantinya hasil dari pertanian ini akan menghasilkan hasil pertanian yang alami, misalnya saja beras alami. Beras alami ini akan diperkenalkan secara luas suatu hari, jika petani sudah melakukan pertanian alami secara konsisten dan luas. Bahkan bisa menjadi pilihan buah tangan khas Rammang-Rammang.

"Orang akan mengingat, kalau mau makan beras alami, datang ke Rammang-Rammang,” katanya.

Lanjut, dia bercerita beberapa waktu lalu dirinya dan sejumlah orang dari komunitas merasa sedikit takut jika pupuk guano dari pegunungan Karst terkenal. Sebabnya, pupuk guano hanya dikhususkan untuk petani di Desa Sanlerang. Faktornya yakni terbatasnya sumber daya manusia untuk mengolah pupuk guano.

Faktor lainnya adalah kesedian bahan bakunya. Naharuddin menjelaskan tidak ingin mengeksploitasi bahan baku sebab akan menimbulkan pengaruh yang negatif.  

Dia menjelaskan, kelelawar memiliki perlakuan khusus. Dalam setahun, panen kotoran kelelawar hanya terjadi dua kali. Saat panen, kotoran kelelawar tidak boleh diambil habis, alasannya menjaga kelestarian lingkungan. Kalau kotorannya semua diambil, kelelawar dapat pergi dari tempatnya dan mencari gua lain. Namun, jika kotorannya menumpuk dan tidak diambil, kelelawarnya bisa pergi dari gua tersebut.

“Jadi ada perlakuan khusus. Nah itu yang kami khawatirkan sebenarnya kenapa kami tidak terlalu ekspos pupuk guano. Jangan sampai permintaan pasar melonjak tinggi sementara bahan baku tidak mampu memenuhi permintaan,” tuturnya.

Selain plastik dan pupuk guano, masyarakat memanfaatkan rumah mereka untuk berbisnis homestay atau penginapan. Walaupun fasilitas penginapan masih terbilang tradisional, dengan ornamen-ornamen khas Rammang-Rammang, ini menjadi daya tarik wisatawan.

Rammang-Rammang
Rammang-Rammang (Katadata/Patricia Yashinta Desy Abigail )

Edukasi Masyarakat

Naharuddin menyatakan edukasi masyarakat sangat diutamakan. Tujuannya dapat memperkuat perekonomian masyarakat di sana. Di Kampung Berua, masyarakat sudah memiliki mata pencaharian utama yaitu petani tambak maupun petani yang menghasilkan beras maupun hasil lainnya. Tetapi, ketika Rammang-Rammang mendunia, masyarakat diharapkan bisa mendapat penghasilan tambahan, misalnya saja membuat kerajinan tangan atau membuka penginapan.

Dia mengaku bisa mendapatkan paling besar yaitu Rp 15 juta per bulannya dari bisnis penginapannya. Normalnya dia dapat  meraup Rp 10 juta per bulan, namun pemasukan tergantung dari musim. Naharuddin mengatakan ada yang lebih besar, dia mengaku temannya yang membuka penginapan juga, bisa mengantongi Rp 20 juta sampai Rp 30 juta per bulan. 

Dirinya bercerita juga disaat sepi pengunjung, dia hanya mendapat Rp 1 juta per bulannya apalagi di saat Covid-19 melanda Indonesia. Adapun, harga penginapannya Rp 250 ribu per malam. Naharuddin mengatakan wisatawan yang paling banyak menjadi tamunya  berasal dari luar negeri seperti Perancis, Belanda, dan Belgia. “Saya jarang sekali hampir tidak pernah mendapat tamu dari wisatawan lokal,” katanya.

Sebagai penutup perbincangan, Naharuddin berharap agar Rammang-Rammang bisa menjadi tempat wisata dengan kelestarian alamnya yang dapat terjaga.

Halaman:
Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail
Editor: Lona Olavia
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...