Israel Ledakan Universitas Al-Israa, Kampus Terakhir di Gaza

Ferrika Lukmana Sari
21 Januari 2024, 13:09
Israel
Universitas Birzeit
Universitas Al-Israa
Button AI Summarize

Pasukan Israel menghacurkan bangunan kampus satu-satunya yang berdiri di Gaza milik Universitas Al-Israa pada Rabu (17/1). Dengan begitu, sudah tidak ada lagi bangunan kampus yang tersisa di Gaza.

Sebelumnya, Universitas Al-Israa dikuasai oleh pasukan Israel selama serangan darat di Gaza dan digunakan sebagai barak militer serta pusat penahanan dalam beberapa Minggu.

Rekaman yang dibagikan di media sosial menunjukkan ketika universitas yang telah mengalami beberapa kerusakan struktur bangunan kemudian diledakan oleh tentara Israel hingga hancur total.

“Tentara [Israel] menduduki dan menggunakannya sebagai pangkalan militer untuk operasinya dan pusat penculikan warga sipil yang terisolasi dan menahan mereka untuk sementara waktu untuk diinterogasi,” tulis Universitas Al-Israa dalam akun Facebooknya dikutip Minggu (21/1).

Universitas Birzeit bahkan mengutuk serangan tersebut. Universitas yang berdiri di Palestina ini menegaskan kembali fakta bahwa kejahatan ini adalah bagian dari serangan gencar Israel terhadap warga Palestina.

"Itu semua adalah bagian dari tujuan pendudukan Israel untuk membuat Gaza tidak dapat dihuni, kelanjutan dari genosida yang dilakukan di jalur Gaza,” tulis universitas tersebut di akun X.

Pihaknya menambahkan, bahwa serangan itu juga menghancurkan sebuah museum yang didirikan oleh Universitas Al-Israa yang menyimpan lebih dari 3.000 artefak langka, dan dijarah oleh pasukan Israel.

Hilangnya Generasi Muda di Gaza

Perang di Gaza telah menyebabkan banyak korban jiwa, namun ada kekhawatiran yang lebih besar selain hancurnya bangunan-bangunan publik tersebut, yaitu hilangnya generasi muda masa depan di Gaza.

Amir Mohammed Al-Najjari menjadi generasi yang tersisa. Lelaki berusia 22 tahun harus pindah dari Jabalia di Gaza utara ke kamp darurat dekat Khan Younis di selatan bersama keluarganya. Dia dan saudara-saudaranya telah melihat mimpi mereka menghilang dalam kepulan asap.

“Adik saya kuliah di tahun ketiga Universitas Al-Quds, tapi universitas itu dibom. Dan saudara laki-laki saya berada di tahun terakhir sekolahnya, di sekolah Khalil Al-Rahman, tapi sekolah itu juga dibom,” kata Amir dilansir dari BBC News, Minggu (21/1).

Padahal, dia sudah menyelesaikan studinya di jurusan teknik dan bermimpi bisa mendapat pekerjaan. Sementara adiknya, sudah tidak bersekolah lagi. Dia semestinya masih bisa belajar jika sekolah PBB di Gaza tidak digempur oleh Israel.

Amir dan adiknya merupakan masa depan Gaza. Namun di sini, Amir dan anak-anak lain adalah korban perang dan, menurut PBB, mereka mungkin akan kehilangan apa yang seharusnya menjadi hak mereka.

Halaman:
Reporter: Ferrika Lukmana Sari
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...