Megawati Minta Hakim MK Insaf dan Adil, Soroti Etika Presiden
Hal keempat, Mega menyinggung sebuah kata dalam bahasa Rusia yakni Utrenja yang artinya fajar. Menurutnya, tak ada kekuatan yang bisa menghalangi fajar menyingsing.
"Ketukan palu hakim MK akan menjadi pertanda antara memilih kegelapan demokrasi atau menjadi fajar keadilan bagi rakyat dan negara," katanya.
Singgung Soal Etika Presiden
Dalam tulisan yang sama, Megawati juga menyinggung pelanggaran etika dalam pelaksanaan Pemilihan Presiden 2024. Hal tersebut sebelumnya telah disampaikan oleh Franz Magnis Suseno saat menjadi saksi sidang sengketa pilpres di MK.
Megawati mengatakan tanggung jawab presiden terhadap etika sangat besar. Ia meminta presiden berdiri di atas semua kelompok masyarakat.
"Segala kesan yang menunjukkan presiden memperjuangkan kepentingan sendiri atau keluarganya adalah fatal," katanya.
Tak hanya itu, ia juga menyoroti turunnya kualitas demokrasi Indonesia. Mega menyinggung laporan The Economist Intelligence Unit (EIU) yang menyatakan demokrasi Indonesia tergolong cacat (flawed democracy). Adapun ranking demokrasi RI berada di urutan 54 dunia, turun 2 peringkat dari tahun sebelumnya.
Mega juga menjelaskan Pilpres 2024 sebagai puncak evolusi kecurangan pemilu. Belum lagi menurutnya ada nepotisme yang berbeda dengan zaman Presiden Soeharto.
"Karena dilaksanakan melalui sistem pemilu ketika presiden masih menjabat," kata Megawati.
Oleh sebab itu, ia meminta MK menunjukkan sikap negarawan dalam mengambil keputusan. Apalagi menurutnya, MK adalah benteng terakhir masyarakat dalam mencari keadilan.
"Semua pemikiran dan pendapat di atas saya suarakan sebagai bagian dari Amicus Curae atau Sahabat Pengadilan," katanya.