Sriwijaya-Garuda Pecah Kongsi, Menhub: Harga Tiket Bisa Bersaing

Image title
25 November 2019, 14:11
Sebuah pesawat Sriwijaya berada di hanggar GMF milik Garuda Indonesia di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (1/10/2019). Sriwijaya Air menjalin kerja sama kembali dengan anak perusahaan Garuda Indonesia, yakni PT Garuda Maintenance Faciliti
ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Ilustrasi. Grup Sriwijaya Air dan Grup Garuda Indonesia resmi mengakhiri kerja sama antara kedua maskapai.

Grup Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air telah resmi mengakhiri kerja sama yang dibentuk pada akhir tahun lalu. Padahal, kerja sama dibuat sebagai langkah restrukturisasi Sriwijaya Air agar mampu membayar utang kepada beberapa perusahaan pelat merah, termasuk Grup Garuda.

Setelah Sriwijaya Air berada di bawah pengelolaan Garuda Indonesia Grup, pangsa pasar maskapai BUMN ini meningkat dari 33% menjadi 46% seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.

Namun, Kuasa Hukum Sriwijaya Air Yusril Ihza Mahendra sebelumnya mengatakan kerja sama tersebut justru merugikan kliennya. Kerja sama tersebut dinilai membuat operasional Sriwijaya Air menjadi tak efisien sehingga berakibat pada utang perusahaan yang semakin membengkak.

Menurut dia, Garuda secara sepihak menerapkan biaya manajemen sebesar 5% dan pembagian keuntungan sebesar 65% yang dihitung dari pendapatan kotor. Di sisi lain, biaya operasional menjadi semakin mahal lantaran beberapa kebijakan.

(Baca: Kerja Sama dengan Garuda, Yusril: Utang Sriwijaya Air Malah Membengkak)

Kebijakan yang dimaksud seperti perawatan pesawat yang semula dikerjakan Sriwijaya kini dikerjakan Garuda Maintenance Facility Aero Asia. Selain itu, kru pesawat yang semula ditempatkan di asrama milik Sriwijaya Air, dipindahkan ke hotel sesuai kebijakan Garuda.

Yusril juga menyoroti kebijakan penempatan manajemen Garuda di Sriwijaya Air. Seiring kebijakan ini, frekuensi penerbangan pada sejumlah rute-rute gemuk Sriwijaya Air dikurangi. Di sisi lain, Citilink masuk dan mengisi rute-rute tersebut.

"Seperti ke Bangka Belitung, kampung Sriwijaya Air. Biasanya ada 14 penerbangan dengan tujuh penerbangan diisi Sriwijaya Air, sekarang tinggal dua dan diisi Citilink. Jadi sebenarnya ingin menyelamatkan Sriwijaya Air atau Garuda Indonesia?" kata dia beberapa waktu lalu. 

Sementara itu,  Edwin Hidayat Abdullah yang sebelumnya menjabatat sebagai Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN beberapa waktu lalu mengatakan restrukturisasi Sriwijaya Air tetap harus berjalan meski kerja sama dengan Grup Garuda Indonesia tak diteruskan.  "Kalau tidak bisa deal tetap restrukturisasi dan bayar ke BUMN," ujar dia saat ditemui di Jakarta (12/11).

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...