Grab Ramal UMKM Ramai-ramai Beralih ke Layanan Digital Saat New Normal
Perusahaan penyedia layanan on-demand, Grab memperkirakan modal bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) akan berubah saat memasuki normal baru (new normal). Perubahan ini karena kebiasaan masyarakat berubah akibat pandemi corona.
Masyarakat mulai terbiasa memesan produk secara online guna menekan penyebaran virus corona. “Mereka yang belum ke digital, akan beralih," kata Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi saat konferensi pers secara virtual, Kamis (11/6).
Seiring dengan berubahnya kebiasaan masyarakat, ia optimistis semakin banyak UMKM yang beralih ke layanan digital. (Baca: Fase New Normal, UMKM Jadi Medan Perang Baru Gojek dan Grab)
“Masih banyak orang yang berdiam di rumah, kalau tidak ada keperluan, saat new normal atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi. Itu yang mendorong digitalisasi UMKM menjadi hal yang sangat penting," ujarnya.
Berdasarkan informasi yang ia terima, sekitar 40% UMKM di Asia Tenggara sudah beralih ke layanan online. Di antaranya mengandalkan aplikasi, website, media sosial, atau marketplace lainnya. "Di Indonesia hanya 13% yang sudah digital," kata Neneng.
Sejalan dengan hal itu, Grab meluncurkan layanan business to business (BtoB) khusus untuk mendukung UMKM bernama GrabMerchant. Ada beberapa fitur utama yang disediakan yakni pengelolaan bisnis, iklan, kasir hingga pantau hasil penjualan.
"Fitur-fitur itu kami kembangkan untuk menjawab kebutuhan pasar. Juga, sebagai bagian dari komitmen kami mempercepat akselerasi digital para mitra UMKM di Indonesia," ujar Head of Marketing GrabFood Hadi Surya Koe.
(Baca: Siasat Masuk Normal Baru, Grab Luncurkan Aplikasi Khusus untuk UMKM)
Riset Facebook dan Bain & Company pun menunjukkan, 44% konsumen di Asia Tenggara, yang merupakan pengguna internet, berbelanja bahan pokok secara online selama pandemi corona. Kedua perusahaan memperkirakan, kebiasaan ini masih akan menjadi tren meski memasuki normal baru.
Berbelanja bahan pokok melalui e-commerce atau media sosial meningkat drastis sejak April. Sekitar 80% dari konsumen pengguna internet itu berencana terus berbelanja bahan makanan secara online.
“Tren ini akan tetap ada,” demikian dikutip dari laporan bertajuk 'Southeast Asia Digital Consumer Trends That Shape the Next Normal', Rabu (10/6). (Baca: Bukalapak Gaet GrabKios Salurkan Produk Digital di 5 Juta Agen Warung)
Hal itu terjadi karena sebagian besar masyarakat diminta mengurangi aktivitas di luar rumah guna menekan penyebaran virus corona. Selain itu, 77% konsumen tersebut lebih sering menyiapkan makanan di rumah, ketimbang membeli ataupun makan di restoran.
Lalu, 73% cenderung lebih sadar terhadap kesehatan di masa depan. “Tren ini masih akan berkembang, tetapi perusahaan harus mulai berpikir tentang implikasi jangka panjangnya,” tulis kedua perusahaan, dalam laporannya.
Riset tersebut berdasarkan data survei YouGov di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam pada April lalu. Penelitian ini mengamati para konsumen yang telah berbelanja secara online selama enam bulan terakhir, termasuk wawancara dengan para petinggi perusahaan dan modal ventura.
(Baca: Penjual di Blibli, Tokopedia dan Lazada Meningkat Efek Pandemi Corona)
Berdasarkan riset tersebut, berbelanja melalui media sosial meningkat 35% dibanding sebelum pandemi Covid-19. Lalu, melalui video streaming tumbuh 35%, aplikasi percakapan seperti WhatsApp 30%, e-commerce 23%, dan pesan-antar makanan seperti GoFood dan GrabFood naik 17%.
Bahkan, beberapa konsumen menjajal metode berbelanja online yang baru. Hal ini tecermin pada Databoks di bawah ini.
(Baca: Sasar Pasar UKM, Ini Strategi Baru Grab Menangkan Persaingan di Asean)