Grab Ramal UMKM Ramai-ramai Beralih ke Layanan Digital Saat New Normal

Fahmi Ahmad Burhan
11 Juni 2020, 15:44
Grab Ramal UMKM Ramai-ramai Beralih ke Layanan Digital Saat New Normal
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, driver Grab di kawasan Pinang Ranti, Jakarta TImur (9/4/2018).

Perusahaan penyedia layanan on-demand, Grab memperkirakan modal bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) akan berubah saat memasuki normal baru (new normal). Perubahan ini karena kebiasaan masyarakat berubah akibat pandemi corona.

Masyarakat mulai terbiasa memesan produk secara online guna menekan penyebaran virus corona. “Mereka yang belum ke digital, akan beralih," kata Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi saat konferensi pers secara virtual, Kamis (11/6).

Advertisement

Seiring dengan berubahnya kebiasaan masyarakat, ia optimistis semakin banyak UMKM yang beralih ke layanan digital. (Baca: Fase New Normal, UMKM Jadi Medan Perang Baru Gojek dan Grab)

“Masih banyak orang yang berdiam di rumah, kalau tidak ada keperluan, saat new normal atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi. Itu yang mendorong digitalisasi UMKM menjadi hal yang sangat penting," ujarnya.

Berdasarkan informasi yang ia terima, sekitar 40% UMKM di Asia Tenggara sudah beralih ke layanan online. Di antaranya mengandalkan aplikasi, website, media sosial, atau marketplace lainnya. "Di Indonesia hanya 13% yang sudah digital," kata Neneng.

Sejalan dengan hal itu, Grab meluncurkan layanan business to business (BtoB) khusus untuk mendukung UMKM bernama GrabMerchant. Ada beberapa fitur utama yang disediakan yakni pengelolaan bisnis, iklan, kasir hingga pantau hasil penjualan.

"Fitur-fitur itu kami kembangkan untuk menjawab kebutuhan pasar. Juga, sebagai bagian dari komitmen kami mempercepat akselerasi digital para mitra UMKM di Indonesia," ujar Head of Marketing GrabFood Hadi Surya Koe.

(Baca: Siasat Masuk Normal Baru, Grab Luncurkan Aplikasi Khusus untuk UMKM)

Riset Facebook dan Bain & Company pun menunjukkan, 44% konsumen di Asia Tenggara, yang merupakan pengguna internet, berbelanja bahan pokok secara online selama pandemi corona. Kedua perusahaan memperkirakan, kebiasaan ini masih akan menjadi tren meski memasuki normal baru.

Berbelanja bahan pokok melalui e-commerce atau media sosial meningkat drastis sejak April. Sekitar 80% dari konsumen pengguna internet itu berencana terus berbelanja bahan makanan secara online.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
News Alert

Dapatkan informasi terkini dan terpercaya seputar ekonomi, bisnis, data, politik, dan lain-lain, langsung lewat email Anda.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui Kebijakan Privasi kami. Anda bisa berhenti berlangganan (Unsubscribe) newsletter kapan saja, melalui halaman kontak kami.

Artikel Terkait

Advertisement