HappyFresh Ungkap Potensi Startup yang Disuntik Grup Djarum - Lippo

Fahmi Ahmad Burhan
12 Oktober 2021, 18:20
HappyFresh, grup djarum, grup lippo, sinar mas, grup ciputra, astra international
HappyFresh
HappyFresh

HappyFresh mengungkapkan bahwa bisnis penyediaan kebutuhan pokok atau groceries terdongkrak pandemi Covid-19. Konglomerat seperti Grup Djarum, Astra International hingga Grup Ciputra pun merambah sektor ini lewat startup.

CEO HappyFresh Guillem Segarra mengatakan, pandemi corona mengubah gaya hidup masyarakat dalam memenuhi kebutuhan harian. Masyarakat menjadi lebih banyak mengandalkan layanan digital, seperti HappyFresh.

"Kami mengalami peningkatan transaksi yang agresif," kata Guillem dalam acara Tech in Asia Conference 2021, Selasa (12/10). 

Pada awal pandemi tahun lalu, jumlah pesanan kebutuhan pokok melalui platform HappyFresh meningkat pesat. Peningkatan paling tinggi yakni produk barang pokok, buah-buahan, herbal, personal hygiene, dan home care.

Untuk mengatasi lonjakan permintaan, HappyFresh menambah slot pengantaran setiap hari. Startup yang didukung oleh Sinar Mas ini juga bekerja sama dengan mitra supermarket untuk stock update.

Guillem memperkirakan layanan kebutuhan pokok masih diandalkan, bahkan menghasilkan profit. "Saya pikir profitabilitas groceries akan selalu naik," katanya.

Persaingan pun akan semakin ramai, ditambah banyaknya perusahaan konglomerat yang masuk. "Ini akan menghasilkan kompetisi," katanya.

Direktur Bank Central Asia (BCA) Santoso juga mengatakan, sejumlah konglomerat gencar menyasar sektor tersebut karena potensinya yang besar. "Kebutuhan konsumen perusahaan mesti dipenuhi. Kami percaya ke depan ada ekosistem toko-toko yang dibangun, baik online dan offline," kata Santoso, Senin (11/10).

Beberapa riset juga menyebutkan, potensi pasar sektor ini besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pangan tumbuh positif di tengah pandemi corona. Rinciannya sebagai berikut.

 

Kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan yang terbesar kedua terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), yakni 14,27%.

Perusahaan konsultan strategi global L.E.K Consulting juga memperkirakan, nilai transaksi atau gross merchandise value (GMV) layanan kebutuhan pokok lewat digital US$ 5 miliar - US$ 6 miliar (Rp 70 triliun - Rp 84 triliun) pada 2025. 

Sebelumnya, riset Facebook dan Bain & Company menunjukkan, 44% konsumen di Asia Tenggara berbelanja bahan pokok secara online selama pandemi corona. Kebiasaan ini diprediksi tetap menjadi tren meski memasuki normal baru (new normal) atau saat pandemi usai.

Riset YouGov di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam pada April 2020 menunjukkan, berbelanja bahan pokok melalui e-commerce atau media sosial meningkat drastis selama pandemi. Sekitar 80% dari konsumen pengguna internet berencana terus berbelanja bahan makanan secara online.

Selain itu, 77% konsumen lebih sering menyiapkan makanan di rumah ketimbang membeli ataupun makan di restoran.

Seiring dengan potensinya itu, sejumlah konglomerat gencar menyasar sektor kebutuhan pokok. Mereka di antaranya:

1. Sinar Mas

Sinar Mas melalui perusahaan modal ventura Sinar Mas Digital Ventures (SMDV) mendanai HappyFresh pada 2019. Saat itu, startup ini meraih pendanaan Seri C US$ 20 juta atau sekitar Rp 280 miliar.

2. Grup Djarum

Grup Djarum memperluas ekosistem melalui Blibl. E-commerce ini berinvestasi di perusahaan ritel modern Ranch Market.

Blibli mengakuisisi 51% saham Ranch Market, dengan nilai transaksi pengambilalihan Rp 2,03 triliun. Co-Founder sekaligus CEO Blibli.com Kusumo Martanto mengatakan, perusahaan ingin mempercepat dan memperkuat solusi omni-channel lewat investasi ini.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...