Jurus Fintech Gandeng BPR dan E-Commerce untuk Melawan Bank Digital

Desy Setyowati
19 Maret 2021, 18:08
Jurus Fintech Gandeng BPR dan E-Commerce untuk Melawan Bank Digital
Jakub Jirsak/123rf
Ilustrasi fintech

Kerja sama dengan BPR ini tantangannya akan lebih berat. Bhima mencatat, porsi penyaluran pinjaman BPR lewat fintech masih sangat kecil. “Ini karena pengurus BPR masih wait and see dan selektif memilih mitra, terkait risiko maupun kekhawatiran data nasabah bocor ke pihak ketiga,” ujarnya.

Meski begitu, ia melihat bahwa BPR berpotensi besar menggaet fintech lending ke depan. Ini karena persaingan semakin ketat.

Berdasarkan data OJK, porsi lender insitusi terus meningkat signifikan yakni dari 0,2% di Januari menjadi 1,1 % pada November 2020. Kenaikan tertinggi yaitu dari 0,22 % pada Juli menjadi 0,33 % di Agustus. Kemudian, dari September 0,34 % menjadi 0,75 % pada Oktober 2020.

Bhima memperkirakan, porsi lender institusi di fintech lending terus meningkat 2 hingga 5 % tahun ini.

Akan tetapi, fintech lending dinilai perlu meningkatkan kapasitas modal dan sumber daya manusia (SDM) untuk bersaing dengan bank digital. “Semakin banyak kerja sama, tentu membutuhkan sistem yang lebih kompleks dan pada akhirnya berakibat pada biaya operasional,” kata dia.

Sedangkan Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Riswinandi optimistis, kerja sama fintech dan BPR dapat meningkatkan kualitas kredit. Pada tahun lalu, rasio kredit bermasalah fintech terus meningkat.

Namun, rasionya terus menurun sejak September 2020. Pada Desember, tingkat keberhasilan bayar 90 hari (TKB 90) 95,22 %. Ini artinya, hanya 4,78 % yang membayar lebih dari 90 hari dari tenggat waktu.

“Jumlah dan kantor yang banyak dan tersebar di seluruh Indonesia, serta faktor pengalaman dan kedekatan personal dengan nasabah merupakan nilai lebih yang dimiliki BPR. Hal itu dapat memperbaiki kualitas penyaluran pinjaman fintech lending dan memperkuat industri,” kata Riswinandi dalam pengantar Buku Panduan Kerja Sama BPR dan Fintech Lending.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana menambahkan, kolaborasi itu penting bagi industri BPR dalam meningkatkan adaptasi teknologi informasi dan digitalisasi. Ini juga dapat mengakselerasi pendanaan fintech lending di daerah.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Teguh Supangkat menyampaikan, bagi BPR, kolaborasi ini dapat menjadi alternatif solusi dalam meningkat kualitas pelayanan dan memperkuat analisis penyaluran kredit.

Juru Bicara Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Andi Taufan Garuda Putra mengatakan, kolaborasi tersebut memaksimalkan potensi masing-masing institusi untuk memperluas jaringan pemasaran. Begitu juga dengan e-commerce.

Kerja sama seperti ini dinilai bakal mendorong penyaluran kredit, terutama ke sektor produktif. AFPI mencatat, kredit oleh fintech lending tumbuh 27% menjadi Rp 74 triliun pada tahun lalu.

Berdasarkan data OJK, pencairan baru pinjaman produktif pun meningkat dari Rp 18,36 triliun pada 2019 menjadi sekitar Rp 28,24 triliun tahun lalu.

Sebanyak 70% pendanaan syariah di sektor ini merupakan UMKM online. Untuk klaster produktif, 42% yakni UMKM offline. Lalu, 64,1% pada klaster konsumtif yaitu UMKM offline.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan

The pandemic has led Indonesia to revisit its roadmap to the future. This year, we invite our distinguished panel and audience to examine this simple yet impactful statement:

Reimagining Indonesia’s Future

Join us in envisioning a bright future for Indonesia, in a post-pandemic world and beyond at Indonesia Data and Economic Conference 2021. Register Now Here!

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...